Pages

Minggu, 23 Mei 2010

From Sivia's Notes 5-6

from sivia's notes...5

Ibu mas Gabriel menatapku, ku lihat dua bola mata bening itu memancarkan kesedihan. Sungguh aku ingat Ibuku. aku menggenggam tangannya, aku tahu dia butuh seseorang sekarang.“Ibu kenapa?“ Ibu mas Gabriel mengalihkan pandangannya dariku, kepalanya sedikit menggeleng.“tidak apa-apa Via..”
“kalau ada apa-apa Ibu boleh kok cerita sama Via,Via mau dengerin cerita Ibu.“ ku lihat Ibu mas Gabriel sedikit terkejut tapi sedetik kemudian dia kembali menatapku, kali ini ada sebuah senyum tipis diwajahnya.
“terima kasih Via, tapi benar tidak apa kali ini.“
“tapi tadi, Via lihat Ibu menangis, ada apa bu sebenarnya?“
“ enggak, nanti kalau ada apa-apa Ibu akan cerita.. tapi tidak sekarang. “ aku tersenyum lega. semoga benar tidak ada apa-apa.
“iya bu, Ibu gak usah ragu buat cerita ke Via. “ Ibu mas Gabriel mengangguk kecil dan kemudian tersenyum. semoga senyum itu terus menghiasi wajahmu bu.
“Via!!” aku menoleh kearah sumber suara. ku lihat Ify sudah siap di skuter matiknya. aku pamit pulang kepada Ibu mas Gabriel dan kemudian berjalan cepat menuju Ify.
Ify memberikan helm pink yang senada dengan skuter matiknya, Ify memang suka warna pink. aku agak miris menerimanya. yah jaketku sudah pink, helm pink juga ditambah dibonceng dengan skuter pink..aduh bisa dikira pinky girl nih, padahal yang gila pink itu kan Ify bukan aku.“fy, boleh gak lain kali helm-nya ganti warna lain? hitam kek, kuning kek. pokoknya jangan pink, gak enak banget kalau aku lagi pake jaket ini.” Ify tertawa kecil melihat kearahku dari ujung kaki sampe ujung kepala.
“kagak bisa, gak matcing sama skuternya. kamu aja tuh yang ganti jaket. katanya gak suka pink tapi doyan banget pake jaket itu.”
“ah Ify, ini jaket dari Ibu..gak tergantikan.”Ify hanya tersenyum.
“yah udah buruan naik,ntar kemaleman.” aku naik ke boncengan dan kami pun berangkat meninggalkan rumah sakit itu untuk hari ini.
...seusai mandi, aku menuju dapur. membuka isi kulkas kecil yang ada di dapur, mengambil satu butir telur, sedikit sayur sawi, dan bawang merah, lalu mengambil mie instan dari lemari. yah aku putuskan akan makan malam dengan mie instan, meski tidak terlalu sehat tapi sudahlah..kali ini aku malas berkreasi.
setelah selesai masak, kubawa satu mangkuk mie itu ke ruang makan, aku duduk di kursi lalu makan dalam diam. sendiri..
seusai makan malam, aku kembali ke kamar, mengambil buku diary coklat dan mulai menulisnya. menulis tentang Ibu mas Gabriel. air mataku mengalir, teringat Ibu,
..aku kangen Ibu..

from sivia”s notes...6

mataku basah ketika aku membaca barisan kata di diary itu, tiap kata yang tertulis disana kembali membawaku menyusuri ruang dan waktu. membawaku menemui Ibu.***demi sinar cinta di mata bening seorang Ibu yang mencintai anaknya, perasaan cinta ku pada Ibuku juga sebesar itu. tak ada yang lebih ku cintai didunia ini selain Ibuku....masih lekat diingatanku bagaimana Ibu mengasuhku ketika kecil, menyuapiku makanan, menggantikan pakaianku, bahkan Ibu kerap kali merapikan rambutku.lalu aku mulai tumbuh dewasa, mulai bandel, mulai tak mengindahkannya, tapi Ibu tak pernah marah, baginya aku hanya sedang manja ketika nakalku kumat.bagiku Ibu segalanya,dari kecil keluargaku hanya Ibu, yah Ibulah yang berperan sebagai Ibu, ayah, dan juga saudara ku.aku tak pernah kesepian meski kami cuma berdua.“Ibu, siVia lulus tes depkes untuk lanjut di akper!” aku berlari memeluk Ibuku ketika aku membuka surat penerimaanku sebagai siswa di akper depkes. Ibu balas memelukku, diciumnya kedua pipiku serta keningku, diusapnya kepalaku. dia bahagia untukku..“alhamdulillah Via, alhamdulillah” hanya itu yang Ibu ucapkan. tapi bagiku lebih dari cukup. kami menangis haru hari itu, menangis bahagia berdua, tapi... untuk terakhir kali.menjadi perawat adalah impianku, impian yang tertanam sejak kecil karena Ibu.“bu, kenapa Ibu jadi perawat?” tanyaku ketika aku masih suka ikut Ibu bekerja dirumah sakit. aku masih ingat Ibu tersenyum manis dan tulus sekali waktu itu.“karena Ibu ingin membantu orang-orang disini, membantu mereka bukan hanya dalam kesehatan tapi lebih dari itu, Ibu ingin membantu menghadirkan senyum diwajah mereka, hanya senyum, dan Ibu berharap dengan senyumlah mereka akan lebih semangat untuk sembuh”.. aku mengangguk kecil waktu itu, tak terlalu mengerti.. tapi entah sadar atau tidak sejak saat itu aku selalu bermimpi menjadi seorang perawat, bidadari yang membagi senyuman diwajah pasien, seperti Ibu.dan kini, impianku sudah tercapai. tapi... Ibu tak ada disampingku, tak ada untuk memeluk dan menciumku, namun aku tahu. ditempatnya yang indah, Ibu sedang tersenyum bangga melihatku..Ibu, ijinkan aku menangis malam ini untuk mu, menangis untuk kebersamaan kita yang tak berwujud nyata lagi, menangis untuk kerinduanku padamu.. Ibu, ijinkan airmata ini mengalir, menyusuri tiap liku hati yang merindu.ijinkan bu, ijinkan aku meluapkannya malam ini, agar besok aku bisa kembali tersenyum dan membagi senyumku.

Ibu,aku akan selalu mencintaimu.

***bersambung***

2 komentar:

  1. yayayay!!!ditunggu crita icil yg brikutnyaaa... (x *like*

    BalasHapus
  2. itu sudah ada FSN 7 nya... baca terus yah. thanks ^^

    BalasHapus