Pages

Jumat, 26 November 2010

my newest hobby...

hm, ketularan nia nih,... jadi sekarang punya hobby baru deh...

ngedit foto!
masih belajar sih, karena yah,... namanya juga hobby baru. so, check it out... my first photo...


konsepnya sih gak tau kayaknya persahabatan dalam foto jaman dulu... tapi kayaknya masih hancur banget hasilnya. gak papalah namanya juga belajar ^_^

oh iya di foto ini cuma ada aku, nisa sama nia... bukan karena apa-apa sih, tapi emang cuma kita bertiga yang kemarin2 sering foto di leppy. ntar deh edit fotonya yang bareng2 sama yang lain, dan semoga nanti hasilnya bisa lebih baik.. :DD

*diedit pake photoscape... catatan: menurut aku photoscape, not bad sih.. walau masih banyak keterbatasan..

Rabu, 24 November 2010

cameo.... why not???

....bila hidup adalah sebuah episode film ataupun sepenggal kisah novel.....

selalu bermimpi untuk mejadi pemeran utama? aku kira itu hal yang wajar. lagi pula ini kehidupan ku, jadi sangat wajar kalau aku ingin menjadi pemeran utama.

yah, pemeran utama dimana semua kisah, semua kejadian dan semua hal yang terjadi hanya berfokus pada ku... ah seperti benar-benar hidup dalam sebuah dongeng, dimana aku berperan sebagai putri yang baik hati, lemah-lembut lagi cantik rupawan. tak ada cacat...! putri yang mendapatkan semua hal terbaik, semua hal yang diinginkan.. tapi bukankah itu seperti sandiwara?

bisakah aku terus membohongi diri seperti ini? apa benar aku pemeran utama?
apa benar aku sesempurna itu untu jadi pemeran utama dalam episode kehidupan yang aku jalani?

aku merenungi ini.. entah sudah berapa lama, tapi yang pasti rasanya kemarin aku sudah sampai ke titik untuk menghelakan napas dan menekan semua kekerasankepala-ku untuk mengaku sebagai pemeran utama.. sepertinya aku hanya cameo.

yah hanya cameo... sepertinya karakterku lebih cocok untuk jadi cameo. aku mencoba membandingkan diriku dengan beberapa cameo di film atau juga cerita di novel dan sepertinya cocok.

* aku selalu bermimpi mendapatkan semua hal yang didapat oleh pemeran utama, bersikap seperti pemeran utama eski terkadang cendrun memaksakan diri. (cameo banget!! karena pemeran utama tak pernah bermimpi seperti ini, dia mendapatkannya begitu saja dengan sikap dan prilakunya tanpa dibuat2..)
* aku bersikap keras kepala menganggap semua yang kulakukan itu benar dan harus menjadi yang terbaik dalam segala hal, bahkan terkadang ingin mengenyampingkan orang lain. (cameo yang cenderung antagonis! pemeran utama biasanya tidak pernah seperti ini... dia rendah hati dan tetap bersinar tanpa harus mengesampingkan siapa pun..)
* meski berusaha dan memimpikan semua yang menjadi milik pemeran utama, namun nyatanya aku tak selalu mendapatkannya, (nasib cameo banget... --__--)

yah.... sepertinya aku memang cameo...

tapi, hey.. apa yang salah dengan menjadi cameo???
sepertinya jadi seorang cameo tidak terlalu buruk. cameo.... tanpa cameo, bukankah tidak akan ada pemeran utama!? tak ada cerita yang bagus!
yah... cameo juga penting dalam cerita... dalam setiap episode film... dalam setiap penggalan kisah di dalam novel.. dalam setiap kejadian dalam kehidupan.

Tak ada salahnya menjadi cameo, bukan? bukankah banyak cameo yang baik? bukankah masih banyak cameo yang mendapatkan banyak hal terbaik dalam kisahnya...? jadi, cameo... why not?

tak mungkin semua orang menjadi pemeran utama.. karena itu artinya tak pernah ada pemeran utama. mengambil peran menjadi cameo yang baik, cameo yang membantu peran utama.. cameo yang melakukan peran kecil yang berkesan... sepertinya terdengar cukup baik. ^_^, dan mungkin terdengar lebih realistis untukku.

cameo... yah, menjadi cameo yang terbaik mungkin adalah salah satu pilihan yang tidak buruk ketimbang terus menerus memaksa menjadi pemeran utama... lagi pula cameo mungkin akan menjadi pemeran utama suatu saat, tapi tak perlu memaksakan diri, jalani saja peran ini. dan mungkin peran utamalah yang akan menemukan cameo untuk memerankannya.

bukankah sebenarnya kita memang memiliki peran masing-masing... entah menjadi cameo atau pemeran utama... tapi yang pasti melakukan hal yang terbaiklah yang paling penting. tak perlu menjadi pemeran utama bila bisa menjadi cameo terbaik.. karena memaksa menjadi pemeran utama itu sangat menyedihkan, seperti menjadi cameo terburuk yang mengambil peran antagonis..!

hm,... cameo??? why not!

asalkan menjadi cameo yang terbaik, aku rasa pilihan hidup menjadi cameo bukanlah sesuatu yang buruk ^_^

ok.... ready???

Cameo... Action!!!

Rabu, 17 November 2010

episode air panas. ^_^.

semua bermula dari perasaan menyesal karena baru pulang ke rumah sore hari, padahal kerjaan menjelang hari idul adha itu beneran menumpuk dan terpaksa harus dikerjakan oleh mama seorang. Melihat mama yang sibuk dan terlihat letih aku sedikit menyesali diri kenapa harus pergi kuliah pagi harinya., tapi bukannya marah, mama malah menyuruh aku makan telebih dahulu... thats why i always thanks Allah coz give me super mom like her ^_^.

hm.. setelah selesai makan, niatnya sih mau bantui beres-beres rumah, nyuciin semua peralatan dapur yang kotor setelah adegan masak -memasak yang sudah dilakukan oleh mama semenjak pagi hari. dengan smangat 45 aku membawa semua peralatan kotor itu termasuk satu panci penuh air panas yang baru saja selesai digunakan untuk merebus pempek.. *makanan khas palembang.

entah ada yang salah dengan indra perabaku atau aku saja yang sedang tidak konsentrasi tapi untuk sesaat aku bingung karena rasanya ada yang tidak beres dikakiku, ada perasaan tidak enak dan... akhirnya terasa sangat mengganggu. ketika aku dengan sengaja melihat ke arah kakiku... aku menjerit!! ternyata itu kaki ku dari tadi kena air panas!!!

aku panik dan langsung mecari air dingin untuk menyiram kakiku yang sudah terlihat mulai memerah , mama yang mendegar teriakan ku juga panik, mama langsung bilang agar aku harus segera menyiram kakiku dengan minyat tanah... dan Oh My.... itu sungguh menyakitkan, kakiku rasanya seperti terbakar dan aku hanya bisa menangis keras...

karena aku terus menangis dan kakiku terasa semakin panas dan pedih aku memaksakan diri masuk ke rumah dan mengambil posisi di depan kipas angin.... ah, niat mau membantu tapi malah membuat kekacauan.. --__--

tapi, semua ini mengajarkan aku banyak hal. dulu mama pernah juga terkena air panas bahkan sampai sebagian kulitnya melepuh... tapi waktu itu aku masih kecil dan sama sekali tidak mengerti apa yang mama rasakan, namun sekarang aku pun merasakanya. yah aku merasakan betapa tak enaknya rasa sakit itu, aku bahkan menangis keras padahal hanya bagian jari-jari kakiku saja yng terkena air panas.

aku masih memikirkan rasa sakit itu, betapa sesuatu hal yang sungguh aku jarang memikirkannya. aku selalu hidup tenang, tanpa banyak masalah dengan rasa sakit itu... maka kadang aku miris kalau aku tak bisa ikut merasakan rasa sakit orang-orang yang ditimpa musibah. hatiku seakan hanya diam melihat semua yang terjadi, melihat berita korban kebakaran, melihat berita TKI yang disiksa majikannya, melihat berita korban banjir dan korban gempa.. terkadang aku meraba dadaku... mengapa detaknya tak berubah, apa aku termasuk manusia yang berdarah dingin hingga tak bisa ikut merasakan kesedihan mereka? merasakan sedikit saja sakit yang mereka derita. bahkan dihari idul adha kadang aku tak bisa merasakan semangat berkurban yang berdasarka rasa simpati dan kasih sayang pada saudara yang lebih membutuhkan dan memiliki lebih banyak rasa sakit dalam hidupnya.

yah, meski orang melihat aku seperti orang yang lembut... tapi kadang hatiku tak selembut itu, aku bahkan tak tahu bagaimana perasaan simpati itu sebenarnya, perasaan untuk memeluk seseorang ketika mereka mendapat masalah, perasaan ikut bersedih dan menangis, perasaan ingin meringankan beban orang lain.. entah sudah berapa lama aku tidak memiliki perasaan seperti itu. mungkinkah seft-minded telah mengubah hatiku menjadi demikian dingin terhadap perasaan orang lain?

ah... apa mungkin hidupku yang membosankan inilah yang menyebabkan semua itu.. aku hidup terlalu bahagia sepertinya, hidup dengan keluarga yang utuh dan penuh kasih sayang, meski mamaku sudah lebih dahulu ke surga tapi disisiku masih ada mama yang selalu menjaga dan menyayangiku, aku juga tak pernah ditimpa musibah yang besar, atau juga pengalaman traumatis yang menyakitkan.. lingkunganku terjaga, teman-temanku semuanya baik-baik, dan yang paling penting.... hidupku mungkin terlalu sempurna.

entah, apa aku ini berlebihan atau tidak, tapi aku pernah bermimpi menghabiskan sisa hidupku dirumah sakit. jujur bukan hanya karena aku tak pandai bersyukur, atau aku terlalu sombong karena hidupku yang sempurna ini.. aku hanya ingin merasakan hal-hal yang tak pernah aku rasakan. merasakan bagaimana rasa sakit itu, merasakan bagaimana rasa simpati itu, bagaimana cinta orang-orang yang takut kehilangan kita... ah, mungkin ini sangat kekanak-kanakan tapi aku masih tetap bermimpi seperti itu.

tapi mungkin lagi-lagi aku melupakan satu hal yang lebih penting dari semua itu, yah... ku melupakan banyak sekali nikmat Allah yang telah dianugerahkannya padaku hinga hidupku bisa sedemikian mudah, Allah lah yang maha tahu tentang diriku. Jika ku pikirkan lagi semuanya, aku bahkan mangis keras hanya untuk rasa sakit yang sedikit. Bagaimana Allah akan megujiku dengan rasa sakit yang lebih besar? Allah lebih mengetahui kemampuanku, dan... Allah maha bijaksana. maka mungkin sebaiknya aku tak mengeluh lagi tentan hidupku yang mudah dan sempurna ini..

akhirnya, aku memandangi kakiku yang masih memerah.. dan sekarang malah sedikit bergelembung-gelembung lucu... hm, betapa ini adalah nikmat yang dianugerahkan Allah kepadaku agar aku bisa merenungi diri seperti kali ini,...

terimakasih untuk air panas yang menyentuh kakiku dan juga menyetuh pikiranku ^_^

Happy Idul Adha... semoga lebih semangat berkurban agar hatiku menjadi lebih hangat dan mungkin lebih bisa merasakan.. ^_^

Sabtu, 13 November 2010

Mianhae (my first 2nd POV)

SuntingMianhae (mencoba menulis second point of view)oleh Yuliana Indriani pada 13 November 2010 jam 21:20

Suara detak jantungmu yang berdetak tak karuan itu terasa membahana di seluruh ruangan ini, entah apa wanita itu mendengarnya atau tidak tapi suara detak jantung itu semakin kencang, sepertinya hatimu benar-benar tidak tenang.



Berkali-kali kamu mencoba mlirik ke arahnya, mencoba memastikan keadaan agar kamu bisa merasa sedikit nyaman dengan semua yang terjadi. Tapi, semakin kamu mencoba bagimu keadaan menjadi lebih sulit.



Dia sedang berbicara di telephone dan kamu jelas sekali mendengar setiap kata yang dia bicarakan, hatimu sepertinya semakin tak karuan, andai waktu bisa kamu kendalikan mungkin kamu sudah memutar ulang waktu ke masa dimana semua ini belum terjadi, tapi kamu tetap harus sadar kalau semua itu tidaklah mungkin.



Kali ini detak jam yang menganggumu, suasana yang terlalu senyap ini terasa sedikit memperesuit keadaan. Kamu mecoba mengacak-acak rambutmu seakan keadaan akan membaik hanya karena rambutmu berantakan atau sekedar bisa membuatnya mengalihkan perhatiannya padamu agar kamu bisa bicara.



Kamu berharap bibirmu bisa bicara, walau satu kata saja kamu ingin kamu punya kekuatan untuk megatakannya.


"Mengapa mengatakan satu kata ini begitu sulit, bahkan aku tak bisa memaksa diriku untuk sekedar membuka bibirku.." kamu terlihat putus asa, terlihat frustasi dengan keadaan yang semakin jengah.


Matamu menatap diam-diam kembali perempuan yang masih duduk diam di tempatnya itu, "hm.. kamu benar-benar keras kepala dan hanya ingin aku yang memperbaiki keadaan.Tapi tahukan kamu kalau ini begitu sulit." kamu mencoba menyampaikan apa yang ada di hatimu tanpa membuka bibirmu dan mengeluarkan suara sama sekali, bagaimana bisa perempuan itu mendengarnya?


Satu kata, bukankah harusnya itu sangat mudah bagimu untuk melakukannya. "Ayolah, tidak sampai beberapa detik, tidak sampai satu menit.. lakukanlah, seprti seseorang yang berjiwa besar." kamu mecoba berbisik pada hatimu sendiri, mencoba meyakinkan pikiranmu bahwa ini tidaklah sulit. Tapi nyatanya kamu hanya bisa tertunduk lemah menyesali dirimu.




Detik demi detik yang meningalkanmu semakin membuat hatimu resah, berkali-kali kamu mencoba menggerakan hatimu untuk berani, tapi berkali-kali juga kamu akan mundur satu langkah. Betapa kamu semakin menyesali dirimu sendiri dengan rasa takut yang selalu membuatmu lemah.



"ku hidup dengan siapa... ku tak tahu kau siapa..." dia bernyanyi, kamu paham benar apa maksud nyanyian itu, apa maksud sikap itu. Kamu bahkan benar-benar mengerti bahwa kamu hanya punya satu cara untuk membuat semuanya menjadi lebih baik, tapi rasa takutmu itu membelenggumu.

Kamu menoba mengalihan perhatian dengan cara yang unik, mencoba mencari sesuatu yang kamu tidak tahu itu, tapi nyatanya hatimu menuntunmu.. sebuah lirik lagu yang kamu cari sebagai pengalih perhatian itu bahkan menjawab dengan jelas sesuatu yang amat sulit kamu ungkapkan itu.



"Mianhae..." lirik laguyang kamu sukai itu jusru memiliki arti lebih bagi dirimu saat ini, walau berbeda bahasa tapi artinya tetap sama. Kali ini, hatimu memaksamu, benar-benar memaksa untuk mengatakannya, sau kata saja.. kata ini saja.

Tapi keadaan semakin sulit ketika kamu melihat dia tetap baik-baik saja tanpa perlu kamu mengatakan kata itu. Dia tetap bisa tertawa, tetap bisa berbicara tanpa kamu perlu mengungkapkannya.. tapi hatimu berkata lain, mungkinkah dia hanya menunggu kamu mengataknnya.



Langkahmu terlihat ragu, namun akhirnya kamu sampai di hadapannya. Kamu menatap matanya yang terlihat sendu, tapi dia masih berbicara, soalah kamu tak ada disana.. kamu menghelakan napas, mencoba mengatur emosi yang mugkin akan mempengaruhi semuaya, mempengaruhi sikap dan keadaan nantinya,tapi entahlah... kamu tetap sulit untuk mengatakan satu kata itu meski kamu mencoba.



"Mianhae" kata itu akhirnya keluar dari bibirmu, meski dengan sagat samar, meski dengan sangat lemah tapi kamu berhasil mengatakan satu kata itu. Tapi seseorang dihadapanmu itu menatapmu tak mengerti, kamu menyesali diri karena berharap dia bisa mengerti arti kata itu begitu saja tanpa petunjuk apapun. Kamu berhenti bertengkar dengan dirimu sendiri tentang satu kata yang lebih sederhana ini, hanya kata sederhana yang begitu sulit untuk dikatakan bila egomu masih brtengkar dengan hatimu.Tapi inilah saatnya... berhenti memperburuk keadaan, kamu harus menyelesaikannya, kamu harus memperbaiki segalanya. Maka untuk itulah kamu disini, menatap tulus ke arah dua bola mata dihadapanmu, mencoa mencari arti dari tatapan itu, mencoba mengatakan kalau kamu tuluskali ini..



"Maaf" dan kata sederhana itu akhirnya dengan mulus keluar dengan suara lembut dari kedua bibirmu. Sebuah kata yang bisa membuat hatimu menjadi lega hingga ribuan ton rasa bahagia bisa memasuiya. Yah, hanya satu kata itu yang kemudan membuat keadaamu lebih baik. Jadi berhentilah berhayal dan lakukanlah, kamu hanya perlu mengatakannya sebuah kata maaf, dan kamu akan mnyadari bahwa benar semuanya segera membaik dan kembali seperti biasa dan hatimu menjadi bersih dan tenang, dan hatinya pun menjadi tenang.. hatimu dan sahabatmu terbaikmu.

"Mianhae..."

Rabu, 10 November 2010

ada dan selamanya (sahabat)



Ada dan selamanya..



..”tak ada sahabat selamanya...”...

Aku masih menenggelamkan wajahku dalam, mencoba menekan semua perasaan sedih dan kecewa yang mulai menyiksaku. Pipiku basah, napasku tak teratur, tapi yang lebih parah adalah aku merasakan ada yang sakit didiriku. Yah, hatiku sakit. Ada gemuruh besar yang mengguncang semua pertahananku dan entah bagaimana mengatakannya, ini benar-benar menyakitkan..

Bulir-bulir air mata itu masih mengalir membetuk aliran yang semakin deras di kedua pipiku, ini benar-benar tak pernah aku harapkan, kali ini mataku semakin pedih. Aku ingin mengakhiri rasa yang menyakitkan ini, tapi sakit di hati ini benar-benar membuat aku tidak berdaya. Bagaimana bisa semua ini terjadi? Bagaimana bisa aku kehilangan orang yang paling berharga dalam hidupku? Dan bagaimana bisa aku bertahan?

“huh... lagi-lagi ada yang menangis di sini? Apa tak ada tempat yang benar-benar damai di bumi ini?..” kata-kata yang terdengar penuh ejekan itu tiba-tiba saja mengagetkanku.

Aku menoleh ke arah suara itu, masih dengan mata yang merah dan aliran air mata yang belum sempat aku hapus. Aku pikir tak kan ada orang di tempat ini.. tapi, dia..

“sudah menangisnya anak kecil? Aku yakin ini pasti hanya masalah sepele. Aku heran kenapa orang mudah sekali menangis hanya karena hal sepele..” kali ini kata-katanya itu terdengar seperti pertanyaan sinis.

Aku diam, memandang tajam ke arah seseorang yang menyebalkan ini. Dia benar-benar menyebalkan, dalam keadaan bagaimanapun harusnya orang akan prihatin atau bahkan merasa iba kalau ada yang menangis, paling jahat juga cuma akan pura-pura tidak peduli. Tapi dia... huh!

“kau memang anak kecil, sudah hapus air matamu dan pergi dari sini. Menatapku seperti itu? Huh, kau kira aku akan kasihan padamu? Pergilah, aku benci orang menangis dihadapanku.” Kata-katanya itu membuat aku benar-benar tak bisa menahan emosiku. Dia menganggu singa yang sedang terluka, itu kesalahan besar!

“Hey! Kau kira kau siapa? Orang dewasa? Kau sendiri hanya seorang bocah laki-laki sok dewasa yang menyebalkan!!” aku berteriak dihadapannya , menatap tajam matanya dengan penuh kemarahan.

“hh... terserah kau saja, aku tak suka berdebat dengan anak perempuan kecil yang cengeng dan menyebalkan. Kalau kau masih mau di sini, terserah. Aku sudah malas, kau bisa si sini sampai kapanpun.” Dia beranjak pergi dari taman ini, dengan caranya yang angkuh dan menyebalkan. Aku benci dia.

***

Aku sedang berjalan dengan lemas menuju rumahku, perlahan ku alihkan pandanganku ke sebuah rumah yang ada persis di hadapanku, aku tak tahu apa itu tapi yang pasti hatiku rasanya dihujam dengan sebuah paku besar yang benar-benar membuat aku tak mampu bertahan lebih lama untuk berdiri. Aku berlari sekuat yang ku bisa meski ku tahu aku tak bisa mengubah semuanya dengan hanya berlari masuk ke rumahku.. karena ku tahu setelah ini aku hanya akan sendirian.

“kamu?...” aku baru saja mengucapkan salam dan masuk ke dalam rumah ketika aku menemukan dirinya sedang duduk di ruang tamu. Dia hanya tersenyum kepadaku.

“iya, maaf yah yang kemarin. Gak seharusnya aku berkata kasar ke kamu.” Dia masih tersenyum kepadaku. Bagaimana bisa dia melakukan semua ini?

“aku tahu kamu masih marah, tapi maaf aku tetap tak bisa mengubah semuanya. Maaf, aku tetap harus pergi. Aku harap kamu gak marah lagi, karena bagiku kamu adalah teman terbaik.. sahabat selamanya.” Kali ini aku merasa senyumnya itu tak berarti apa-apa. Aku tak mau mendengar lebih banyak lagi tentang semua ini, maka aku hanya bisa berlari menuju kamarku dan mengunci diri di sana.

“ kamu.. bagaimana bisa kamu bilang kalau kamu gak akan selamanya bersamaku? Bagaimana bisa kamu pergi begitu saja? Kamu bilang kita sahabat.. tapi bagaimana bisa kamu seperti itu? Kamu gak mau berteman denganku lagi.. kamu cape dengan semua persahabatan kita. Dan sekarang, kamu bilang kamu harus pergi. Sahabat macam apa itu?”

Aku menangis sejadi-jadinya, aku tetap tak pernah bisa menerima semua ini terjadi. Ares menginggalkanku begitu saja? Aku tidak bisa percaya. Dia yang selalu bersamaku semenjak kelas 1 SMP, sekarang dia mau pergi begitu saja ketika baru saja lulus SMP, oh ini begitu menyakitkan. Mimpi kita masih panjang, kita bermimpi untuk selalu bersama sampai kapanpun, SMA di sekolah yang sama lalu lulus dan kuliah juga di fakultas serta universitas yang sama. Bahkan bekerja nanti pun kita tetap ingin bersama. Lalu kenapa sekarang dia memilih pergi?

“cha.., dengerin aku dulu..” ares bicara dari balik pintu kamarku, suaranya seperti menyesal. Tapi percuma kalau dia masih berniat pergi.

“cha, kamu harus ngerti. Kadang kita memang tak bisa selalu bersama. Dan kali ini, mungkin memang kita harus berpisah.. tapi kamu tetap sahabatku selamanya.” Kali ini ku dengar suaranya sedikit melemah, entah karena dia juga merasa sedih atau memang dia sudah akan pergi.

“kamu sendiri yang bilang res, kalau sahabat gak akan ninggalin sahabatnya. Kamu pembohong!” aku hanya bisa melampiaskan semua yang aku rasakan hanya dengan cara ini berteriak sekuat yang ku bisa. aku benar-benar benci merasakannya, kecewa, sedih, marah.. aku benci ares!

“cha... mengertilah. Maafin aku. Aku harus pergi, jaga diri yah cha. Jangan nangis lagi, semoga nanti aku bisa main ke sini lagi. Maaf cha..” ares sepertinya sudah menyerah sekarang, yah dia menyerah dan meninggalkanku. Tapi jika benar harus berpisah, apa harus berakhir seperti ini? Aku berlari menuju pintu, membuka kunci pintu kamarku dan berlari keluar untuk menemui ares, setidaknya aku ingin ada salam perpisahan yang dapat aku kenang.

“cha, maaf...” aku hanya diam menatap ares, walau aku ingin sekali bicara banyak hal tapi kali ini aku ingin diam, aku hanya ingin melihatnya lebih lama.. mencoba menyimpan semua kenangan dan juga gambar dirinya dalam hatiku sebagai sahabat terbaikku.

Dan dia pergi, yah pergi begitu saja meninggalkan aku.. sahabatnya. Mungkin ini saatnya aku percaya bahwa tak ada sahabat selamanya yang akan selalu bersamaku.

***

Aku berjalan perlahan menuju belakang sekolahku, yah ini sekolah baruku. Sebuah SMA dimana aku tinggal sendiri... tanpa Ares. Kaki ku terus melangkah, tadi aku sempat melihat halaman belakang sekolah dari jendela kelas, halaman yang sepi dan tenang. Aku rasa ini akan menjadi tempat yang menyenangkan, terutama jika aku hanya ingin sendiri menatap awan. Aku duduk di rumput, dibawah sebuah pohon yang cukup rindang, mataku memandang lurus ke arah awan yang terlihat indah itu, sesaat aku merasa ares masih ada di sampingku mencoba mengangguku dan melakukan banyak ke konyolan dihadapanku.

“mau nangis lagi anak kecil?” suara itu... aku mengarahkan pandanganku ke arah belakangku, seseorang yang menyebalkan itu ternyata sedang duduk dengan santai bersender ke pohon yang juga jadi tempat aku berteduh. Sejak kapan dia ada di situ?

“lagi-lagi menatapku seperti itu. Dasar anak kecil..” dia terlihat acuh dan kemudian sibuk dengan ipone-nya.

“hhuh!.” Aku tidak habis pikir ada orang seperti ini di dunia. Dia harusnya ada di planet lain.. dasar Alien!

“hey, kalau kau hanya mau menatapku seperti itu lebih baik kau pergi dari sini. Itu sungguh mengangguku. Tadinya ku kira anak kecil sepertimu hanya mau menangis sendirian lagi di sini, tapi kalau kau sudah mengangguku seperti ini lebih baik kau pergi..” dia, berkata dengan sangat cuek bahkan tanpa menatapku seperti itu, dia pikir dia siapa?!

“kamu pikir dirimu siapa? Pemilik tempat ini? Seenaknya saja mengusir orang!!” aku sedikit berteriak kepadanya, gayanya yang seenaknya dan seperti orang gila mengayun-ayunkan tangan sambil menikmati musik dari iponenya itu sungguh membuatku kesal.

“hah? Apa aku butuh alasan untuk mengusirmu? Kau sendiri yang harusnya tahu diri. Aku sudah dari tadi ada di sini, dan kau tiba-tiba datang mengusik pemandanganku serta menatapku seperti itu. Sekarang kau bilang aku tak berhak mengusirmu? Dasar anak kecil!.”

“berhenti memanggilku anak kecil, aku punya nama!”

“oh ya?? Siapa? Anak kecil....” dengan penekanan di kata ‘anak kecil’, aku merasa dia benar-benar orang yang menyebalkan. Aku rasanya ingin menyumpal mulutnya dengan daun-daun kering ini.

Aku diam, lalu dengan keyakinan melangkahkan kakiku melewatinya. Aku pergi dari tempat itu, percuma memperpanjang masalah dengan orang yang menyebalkan ini. Kalau aku bertahan lebih lama, mungkin dia yang akan pergi dan menertawakan aku seperti kemarin sebagai anak kecil. Aku tak ingin dia menganggapku seperti anak kecil.

***

“elang? Jadi namanya elang? Hm.. senior yang paling terkenal karena sikapnya yang seenaknya dan juga karena nilainya yang benar-benar hancur.” Aku bergumam dalam hati ketika teman-temanku, sesama anak baru di SMA ini, sibuk membicarkan anak laki-laki menyebalkan yang sedang di hukum di lapangan upacara itu karena ketahuan membolos. Aku heran dengan teman-temanku ini, padahal mereka tahu elang bukan anak yang baik, rajin membolos, seenaknya dan juga tak punya rekor bagus di pelajaran, tapi masih saja mereka membicarakan dengan heboh orang seperti itu. Mereka bilang dia itu keren? Huh! Apanya yang keren? Tunggu sampai mereka melihat ares, aku yakin mereka tak bisa berhenti bicara sedetik pun.

Aku kembali duduk berteduh di bawah pohon di halaman belakang sekolah, mencoba untuk menenangkan diri. Yah.. aku merindukan ares. Apa yang sedang dia lakukan di sana yah? kenapa dia belum mengabariku? Terakhir minggu lalu dia menelponku semalaman untuk mengeluhkan sekolahnya dan teman-teman barunya. Tapi semenjak itu tak ada lagi kabar, apa sekarang dia sudah punya sahabat yang lain?

“eh anak kecil, sudah nongkrong aja di sini. Kali ini beneran gak niat nangis kan?” lagi-lagi suara itu... apa yang dia lakukan? Bukankah beberapa saat yang lalu dia masih di hukum?

“hey, sudah berapa kali ku bilang jangan menatapku seperti itu! Ini tempatku, sudah satu tahun aku selalu ke sini, jadi jangan harap aku akan merelakan tempat ini jadi tempatmu, apa lagi kalau hanya digunakan untuk menangis.” Dia tersenyum mengejek kepadaku, sungguh benar-benar gila kalau aku masih bisa bertahan di sini.

“baguslah kalau kau berniat pergi. tempat ini akan kembali tenang tanpa kehadiranmu di sini.” Mendengarkannya telingaku rasanya sakit, tidak bisakah dia diam saja. Tapi dibilang seperti itu entah mengapa aku tak rela, lagi pula harus ada yang menghentikan dia berbuat seenaknya seperti ini. Maka aku kembali duduk di tempatku. Anehnya dia diam sekarang, mungkin sudah kehabisan kata-kata untuk mengejekku. Yah dia sudah tidak punya alasan.

Aku kembali menatap awan, dan entah apa yang dikerjakan elang yang menyebalkan itu yang pasti sekarang suasananya tenang. Bel tanda istirahat terdengar dari kejauhan, ini saatnya kembali ke kelas, aku membersihkan seragamku dari rumput dan dedaunan kering. Aku baru saja berniat melangkah menuju kelasku ketika ku dapati sosok yang menyebalkan itu sedang tertidur dengan damai, hm.. kalau dia diam seperti ini dia jadi terlihat berbeda. Ide jahilku muncul seketika, entah karena aku masih kesal atau malah sedikit merasa nyaman karena melihatnya yang begitu berbeda aku langsung mengambil setumpuk daun kering lalu dengan tiba-tiba ku jatuhkan di wajahnya

“bangun!! Masuk kelas woyyy!” lalu secepat kilat aku kabur, ku lihat di belakang dia sedang marah-marah sendiri membersihkan rambut dan seragamnya dari daun-daun kering yang tadi aku jatuhkan.. rasakan!

***

Aku sedang di kamarku dengan handphone di telingaku, yah... ini ares, dia sedang menelponku dan menceritakan sekolah barunya yang menyebalkan dengan segala tugas yang menyebabkan dia tak punya banyak waktu luang, tapi demi mendengar ceritaku... dia menelpon, ares masih yang terbaik.

“jadi gimana cha di sekolah barumu yang baru? Seru yah..?”

“gak asik.” Aku hanya menjawab pendek, yah memang kenyataanya kesan yang aku dapat dari sekolah baruku hanya itu, ‘gak asik’.

“loh kok gitu, yah.. harusnya kamu ke sini aja kalau di sana gak asik.”

“heh, mana punya uang aku nyusulin kamu ke amerika!”

“yah...” ares terdegar sangat kecewa. Yah aku juga kecewa dengan hal ini, hanya karena keluarga kita berbeda kita jadi terpisah begini. Ayah ares benar-benar ingin ares mendapatkan pendidikan terbaik untuk mempersiapkannya sebagai pewaris perusahaannya, dan aku.. yah aku cukup kuliah di sini saja agar tak terlalu memberatkan orang tuaku. Dan jadilah aku hanya bisa mengutuki perbedaan yang memaksa kami terpisah.

“eh, tapi di sini ada yang lebih nyebelin dari pada kamu res. Bener-bener bikin aku kesel setengah mampus deh tuh orang, masa iya dia selalu manggil aku ‘anak kecil’, apaan coba?.. trus..”

“wait... tunggu dulu cha, aku nyebelin??” dia terdengar sangat tidak yakin dengan apa yang dia dengar. Hey, kau kira dirimu bergitu sempurna?? Dasar ares!

“hehehe, dikit res.. tapi yang ini suer deh aku rasanya bisa gila kalau tersu-terusan ketemu dia.”

“lah, masa dia berani sama cha-cha yang ban hitam?”

“yeay.. mana dia tahu aku ban hitam, masa iya aku pake tulisan ‘awas ban hitam’ dijidat sih res? Ada-ada aja, dikira herder ntar.”

“hahhahaha beneran jadi kangen kamu deh cha.”

“halah... bisanya cuma ngomong doang. Kalau kangen yah pulang dong ke sini!”

“belum bisa, maaf cha.... Eh, lanjut lagi tuh cerita orang nyebelin yang lebih nyebelin dari aku itu..” aku diam sejenak, ternyata kita memang terpisah jauh, dan entah kapan kamu baru akan pulang ke sini.

“cha...”

“oh iya res, namanya itu elang.. dia itu senior yang gak banget. Kerjaannya bolos mulu, seenaknya aja ngomong dan bersikap dan aku dengar sih dia hampir aja gak naik tahun lalu.”

“elang? Kamu sekolah di SMA yang waktu itu kita janjian daftar bareng kan?”

“he.. eh. Kenapa res?”

“oh, gak. Cuma sepertinya aku tahu dia.”

“serius res? Kok bisa sih kamu kenal sama orang yang kayak gitu?”

Dan akhirnya aku tahu semua tentang elang.. hm, ternyata dia berbeda. Yah berbeda.. dan aku rasa ares benar, dia mungkin tidak seburuk yang aku kira. Dari cerita ares sih, elang memang punya sesuatu yang spesial..

***

Bel istrirahat baru saja berbunyi beberapa saat yang lalu, aku kembali melangkahkan kakiku menuju halaman belakang sekolah. Entah kenapa walau disana mungkin akan ada elang lagi, aku tetap ingin ke sana. Hanya di sana aku bisa kembali merasa tenang dan bisa melihat awan.

“hm.. anak kecil sudah datang. Yah.. mari kita saksikan dia akan menatap awan dan dengan matanya yang bersinar-sinar itu mungkin kali ini dia akan menangis lagi di sini.” Elang ternyata sudah duduk dengan nyaman di bawah pohon itu ketika aku mengambil tempat jauh di depannya. Sepertinya dia masih kesal karena kejadian kemarin.

“huh.. yah setidaknya aku masih lebih baik ketimbang elang yang justru selalu takut ruang sempit.” Dia terlihat kaget mendengar kata-kataku, aku berhasil kali ini! Thanks ares!

“dari mana kau tahu tentang hal itu?” tanya elang yang sepertinya tak bisa menebak dari mana aku tahu hal ini. Yah ares sendiri bilang, kalau elang adalah tipe orang yang tertutup, tak banyak yang orang tahu tentang dirinya.

“hm.. apa yang tidak aku tahu? Kau pasti terkejut anak kecil ini ternyata tahu banyak hal.” Kali ini aku ingin membalas semua keangkuhannnya yang menyebalkan itu.

“anak kecil, sejak kapan kau belajar lebih berani.. bukankah biasanya kau hanya bisa menangis?” elang.. kau salah besar jika meremehkanku kali ini.

“hahaha, masih mengira aku anak kecil biasa. Dasar elang, BIG MAN, aku bahkan tahu kalau kau takut ketinggian! Pantas saja kau tak bisa memanjat pagar sekolah ini untuk kabur jika membolos.”

Kali ini ku lihat wajahnya merah padam, dia pasti benar-benar tidak menyangka aku tahu phobia-phobia yang tak terlihat dari sikapnya yang cuek itu, tapi inilah kenyataannya.. aku tahu semua itu.

“anak kecil....” sepertinya dia geram dengan sikapku, harusnya dia mengerti betapa tidak enaknya diperlakukan seperti itu.

“aku bukan anak kecil, jadi berhentilah memanggilku anak kecil. Aku punya naman, cha-cha.. dan kau harus berhenti memanggilku seenaknya seerti itu.”

Dia menatapku begitu saja, lalu pergi.. yah aku kira elang sudah mengetahui kalau aku bukan anak kecil biasa seperti yang dia kira, dan semoga dia berhenti memanggilku anak kecil.

***

Awan sedang terlihat indah hari ini, aku kembali duduk di tempat biasa, di bawah pohon, di halaman belakang sekolah.. elang? Hah dia pemalas sekali, siang-siang begini dia bisa dengan santainya tidur di sini. Bagaimana kalau guru menemukannya, dasar bodoh. Dia pasti akan kena hukum lagi.

“hey PRSPT! Bangun... kau tak bisa lihat awan seindah itu? Kau malah memilih tidur!”

Dia mengerjap-ngerjapkan matanya, mungkin sedikit kaget dengan teriakanku. Lalu beberapa detik kemudian dia mengacak-acak rambutnya dan duduk di sampingku.

“hey anak kecil! Apa maksudmu PRSTUV itu tadi.. kau belajar mengeja?” orang ini.. baru saja bangun tidur sudah membuat kesal, kalau tak ingat kata-kata ares mungkin sudah ku bantai.

“PRSPT!”

“iya apalah itu.. kau mencoba mengeja namaku? Namaku itu E.L.A.N.G!”

“garing dodol! P.R.S.P.T itu... Penakut Ruang Sempit Penakut keTingian.” Lalu ku julurkan lidahku padanya. Dia mengacak-acak rambutnya, mungkin dia kira aku sudah melupakan semua yang aku tahu.. huh mana mungkin!

“berhenti mengumumkan pada dunia tentang phobiaku! Dasar anak kecil.!” Dia terlihat kesal, tapi mau bagaimana lagi. Aku sudah terlanjur tahu semuanya.

“fine, asal kau juga berhenti memanggilku ‘anak kecil’. Ok?” dia terlihat ragu. Tapi kemudian,

“okay cha-cha..” aku tersenyum puas.

Dan begitulah... kami kemudian menjadi teman, yah ares benar dia tak seburuk yang aku kira.. dia spesial.

***

Elang sedang duduk di sampingku, masih menikmati alunan musik dari iponenya. Ku lirik dia sekilas, dia masih terlalu asik dengan dunianya sendiri. Ku tarik salah satu earphonenya.

“hei.. ada apaan sih cha? Lagi chorus-nya nih..”

“aku mau nanya lang, kenapa sih kamu selalu seenaknya? Sekolah kamu gak kamu urusin sama sekali, kamu Cuma malsa-malasan gini, belum lagi sikap kamu ke orang-orang. Kenapa sih? Gak mungkin kan gak ada sebabnya.” Dia masih terlihat cuek.

“elang!!” aku sedikit berteriak di sampingnya.

“iye.. apaan sih nanya gituan. Gak penting banget.”

“serius itu kenapa? Padahal kata kamu kamu tuh gak bodoh.” Aku sengaja mengingatkannya pada kata-katanya sendiri tentang dirinya bahwa nilai jebloknya itu bukan karena dia bodoh.

“karena aku gak suka, itu aja.”

“hah? Kok bisa? Kalau kamu gak suka, ngapain kamu masih sekoalh disini lang?” aku tetap tak percaya, walau sudah tahu semua ceritanya dari ares aku tetap tak percaya elang benar-benar melakukannya hanya karena dia gak suka.

“bukan tempatnya yang disini yang gak aku suka, tapi aku gak suka ada di kelas seperti di sini, kau tahu.. aku lebih tertarik pada seni, pada alam dan pada kebebasa. Tapi sekolah disini benar-benar membosankan, semuanya diatur.. disiplin, nilai-nilai, aku lelah dengan semua hal yang menurutku tidak terlalu penting ini. Nilai bukan hanya soal kemampuan kau menjawab soal cha, tapi nilai harusnya ketika kau berhasil menyelesaikan sebuah persoalan.”

“hah?” aku sedikit tidak mengerti dengan jalan pikiran elang yang aneh ini. Dia menundukkan kepalanya, sepertinya sedikit menyesali diri.

“makanya aku gak mau cerita sama anak kecil.. kau belum ngerti apa-apa, nak.” Sedetik kemudian elang berdiri dari tempat duduknya.

“mau kemana lang, ih main tinggal.. katanya temenan?”

“mau ke kelas... ada kelas kesenian.” Dia tersenyum ke arahku.. yah hanya dengan kelas kesenian dia bisa begitu senang dan bersemangat masuk ke kelas.

...Aku gak tahu apa ini benar... tapi rasanya ares benar, kamu berbeda tidak sebeuruk yang aku kira pertama kali dan berteman denganmu mungkin menyenangkan...

***

Aku datang ke halaman belakang dengan wajah yang di tekuk-tekuk. Yah aku sedang kesal kali ini, gosip itu benar-benar mengangguku. Bagaimana mungkin aku dan elang... dasar anak-anak kurang kerjaan!

“woy cha.. itu muka kenapa? Kusut amat, mau disetrika?” bagaimana bisa dia masih becanda seperti ini. Dasar elang, yah aku lupa dia cuek setengah mati. Mana peduli dia hal beginian.

“gosip tentang kita, gak kesel?”

“hah? Kau ini.. katanya bukan anak kecil lagi, tapi hal sepele gitu aja udah dibikin pusing. Dasar cha-cha.” dia terlihat santai dan dengan santai menyuruhku duduk di sampingnya.

“iya tapi kan, tetep aja ganggu. Annoying banget sih. Bahkan temen-temen deketku pada ngeselin semua. Mereka malah bilang yang macem-macem tentang aku. padahal mereka teman, bisa-bisanya teman seperti itu.”

“hey, jangan nangis gara-gara ginian. Gak mutu banget deh cha.” Dia terlihat memperhatikan ekspresi wajahku yang masih terlihat sangat kesal.

“siapa juga yang mau nangis? Cuma... ah, aku cuma kecewa aja sama semuanya, mereka sekarang sudah tak seperti teman. Lalu harus gimana?”

“cuekin aja.”

“yey! Situ sih enak bisa cuek. Lah aku... mana bisa.”

“denegrin aku deh cha, kalau memang mereka begitu yah udah gak usah peduliin mereka dan hapus semua ingatan tentang yang mereka omongin tentang kamu.”

Aku diam sesaat, yah mau bagaimana lagi. Elang benar, percuma juga aku bersih keras kesal dan marah-marah sendiri, mending juga dicuekin.

“yah udah.. aku ada kerjaan, dah cha-cha..”

Dia pergi. yah sepertinya ada yang sedang dia kerjakan entah apa itu.. semoga saja sesuatu yang baik, sesuatu yang bisa membuat dia bahagia menjalaninya.

***

Aku lihat di pengumuman... ada kabar gembira. Elang juara! Yah dia.. walau bukan juara kelas, dia hebat! dia juara lomba menulis lagu. Dan itu tingkat nasional!

Aku mencoba menemuinya di halaman belakang sekolah, tapi dia tidak ada.. aku bingung kemana lagi dia kalau bukan di sini?.. hm, kelas seni.

Aku melangkahkan kakiku menuju ruang seni, ku lihat banyak siswa sedang menyalami elang karena keberhasilannya. Aku hanya melihatnya dari jauh... yah mungkin ini masih saatnya dia bersama yang lain karena keberhasilannya atas sesuatu yang memang bisa membuat dia bahagia, sesuatu yang dia sukai.

Aku kembali ke halaman belakang, menunggunya.. yah mengunggu hanya untuk menyampaikan selamat padanya, tapi kenyataannya dia tak pernah datang. Bahkan sampai selanjutnya.

“entah apa salahku.. dia pergi begitu saja. Lagi-lagi aku kehilangan orang yang paling dekat denganku.. tapi kali ini lebih menyakitkan, tanpa kata..”

***

Aku bukan tak berusaha mencarinya, aku bertanya pada teman-temannya, pada guru-guru tapi yang aku dapat hanya keterangan dia sudah pindah sekolah.

Ini menyakitkan, kau tahu... ini benar-benar menyakitkan. Ketika aku sudah mulai percaya bahwa akan ada sahabat yang selamanya akan bersamaku dan sekarang dia pergi. Lebih menyakitkan lagi kali ini, karena aku pernah menceritakan semua yang aku rasakan termasuk aku benci ketika ditinggalkan.. terutama oleh orang yang paling dekat denganku, sahabatku. Tapi kenyataanya dia sendiri yang melakukannya, aku tidak percaya!

Ares menghubungiku ketika sudah beberapa kali aku menghubunginya tetapi tak pernah bisa, aku menceritakan semua yang terjadi. Dia diam.. mungkin kaget, tapi harusnya dia tahu lebih banyak hal dibandingkan aku.. karena elang adalah kakaknya.

“Cha..” suara itu. Itu elang... jadi dia ke amerika juga? Oh hebat sekali dua orang kakak beradik ini. Aku baru saja ingin menutup telpon itu ketika elang tiba-tiba teriak.

“Berhenti jadi anak kecil cha..!” air mataku jatuh tiba-tiba. Dia... bisa-bisanya dia masih bicara seperti itu kepadaku.

“cha, maaf aku salah karena pergi tiba-tiba. Tapi ini juga bukan karena kemauanku. Aku mungkin memang pemberontak, tapi kali ini tak bisa... kau harus tahu, ini tanggung jawabku. Aku tak bisa mementingkan diriku sendiri sekarang.”

“cha, maaf.. aku tahu kau kecewa. Tapi kau sendiri yang pernah bilang kalau aku tak boleh terus menerus menjadi pemberontak. Kau sendiri yang bilang bahwa aku harus bahagia, atau setidaknya membawa kebahagiaan untuk orang lain.”

“hm.. kau tahu cha, kau bukan anak kecil biasa.. ares sudah menceritakan semuanya. Kau sangat luar biasa, teman terbaik yang pernah kami miliki. Maaf cha... tap kau tetap harus mengerti satu hal..” dia seperti menarik napas sejenak, lalu ku dengar suara itu menjadi dua... yah ada dua suara yang selanjutnya bicara padaku.

“sahabat ada selamanya, meski tak bersama bukan berarti selesai. Kau sahabat kerbaik cha, sahabat kami selamanya..”

Air mata itu masih mengalir deras dan semakin deras, bagaimana bisa aku kehilangan dua orang sahabat terbaikku. Bagaimana bisa? tak bisa..

“cha, ku mohon jangan menangis hanya karena ini. Nanti setelah semuanya selesai aku rasa kita pasti bisa kembali ke sana. Untuk terus bersamamu,..”

“okay anak kecil, dewasalah! Karena kau harus belajar menghadapi persoalan bukan hanya menghadapi soal-soal. Karen hidup tak selamanya sama dengan yang kita inginkan.”

Yah aku harus merelakan keduanya.. kedua sahabatku itu, mereka punya kehidupan sendiri yang harus mereka jalani. Aku tak mungkin memaksa mereka mejadi pemberontak dan membuat orang tua mereka sedih, sahabat yang baik tidak seperti itu.. sahabat yang baik adalah yang selalu mendukung sahabatnya.

“Ok, PRSPT dan ares.... awas aja yah ntar gak balik-balik.. aku susulin ke amerika ntar!”

Terdengar dari jauh ares bertanya pada kakaknya apa itu PRSPT dan elang malah balik marah ke ares ketika menyadari pasti adiknya itu yang sudah membocorkan rahasia hidupnya kepadaku..

... sahabat ada selamanya... meski tak bersama, tapi akan selalu ada...

*** the end***



Teruntuk sahabat-sahabatku... thanks all

Love you guys.

*buat cha-cha.. pinjem nama yah.. habis keinget kamu dan elang ketika nulis ini. Hehhe gak papa yah. maaf kalau gak suka, tapi dari pada elangnya sama yang lain?? Hehehe :D



Yuliana indirani

9/11/2010 23:19

Sabtu, 06 November 2010

...ketulusan...

ajarkan aku satu hal yang bisa membuat aku tersentuh.
aku tak tahu apa itu,
tapi aku bisa rasakan..
ketika aku bisa merasakan hangatnya sinar mentari,
ketika aku merasakan damainya malam,

ini tentang hal yang membuat hidup terasa indah,
jauh lebih indah ketika menatap awan yang berarak,
bahkan lebih mempesona dari pelangi diujung langit

ajarkan aku tentang satu hal yang membuat aku melayang
hingga aku bisa merasakan desiran angin yang terasa lembut membelai wajahku
hingga aku bisa terbuai dalam indahnya terbang bersama kupu-kupu

ku mohon... ini hanya tentang satu hal itu.
satu hal yang membuat hidup terasa berbeda..
satu hal yang membuat hidup bahagia.

yah... ku mohon ajarkan padaku tentang ketulusan..

Kamis, 04 November 2010

il ji mae.. (my fav korean drama)

hm... saya lagi keranjingan nonton drama korea nih, dan ini salah satu drama korea terbaik menurut saya, ini memang bukan film baru sih, karena nyatanya saya memang ketinggalan. tapi... seriun ini cerita beneran seru deh, saya bahkan berniat menontonnya lagi bila masih mau ditanyang ulang di LBS.. :DD. saya akan mencoba untuk membuat sinopsisnya.. hope you like it. enjoy!

il ji mae



il ji mae, sebuah drama seri drama korea dengan genre history. film ini mengangkat cerita tentang kerajaan dimana terjadi banyak sekali kelaliman yang dilakukan rajanya yang bahkan rela membunuh adik dan anaknya sendiri demi mempertahankan tahtanya.

il ji mae adalah seorang pencuri yang selalu menyembunyikan identitasnya dengan sebuat topeng, il ji mae melakukn pencurian di keluarga bangsawan dan kerajaan demi mengambil hak-hak rakyat dan juga demi misi pribadinya untuk membalas dendam pada orang yang membunuh ayahnya.

yong, alias gyum, adalah seorang anak dari seorang bangsawan. ayahnya dibunuh di depan matanya oleh anggota kelompok rahasia, keluarganya lalau diperlakukan tidak hormat dan bahkan dikeluarkan dari kerajaan.

gyum kecil akhirnya terpisah dari ibu dan kakaknya, dia lalu diasuh oleh seseorang yang sebenarnya dulu adalah budak di kerajaan itu yang kemudian memberinya nama 'yong'. yong tidak suka sekolahnya, dia sering dierlakukan tidak adil oleh teman-temannya yang anak-anak bangsawan, sedang yong sendiri hanya seorang anak pembuat kunci.

suatu saat yong pernah diincar oleh dua kelompok, kelompok pertama adalah orang yang ingin membunuhnya dan kelompok yang lain adalah oang yang berpihak kepada ayahnya gyum. tapi sayang yong sama sekali tidak mengingat masa lalunya.
yong bertemu dengan bong sun yang pernah menipunya, sebenarnya bong sun sudah pernah bertemu dengan gyum ketika mereka kecil. bong sun memiliki seorang ayah angkat yang akhirnya nanti akan mengajari yong ilmu bela diri.

suatu ketika ayah angkat yong terpaksa harus di hukum karena ulah yong, yong berusaha untuk membebaskan ayah yang sangat dia sayangi, dia memohon bahkan juga bersedia menaruhkan hidupnya untuk menyelamatkan ayahnya namun sayang yong harus kehilangan ayahnya yang di huku mati.

yong kemudian berhasil mengingat masa lalunya, dia ingat tentang ayah kadungnya yang juga sudah tiada karena dibunuh. yong berniat untuk membalas dendam.
yong pada dasarnya memang berhati lembut, walau dia terlihat seperti pemuda yang bandel dan cuek, dia sangat memikirkan orang lain. yong akhirnya menjelma sebagai seorang il ji mae yang adalah seorang pencuri bertopeng.

dia mencuri untuk rakyat dan juga berusaha mencari tahu siapa yang sebenarnya membunuh ayahnya.

suatu saat il ji mae sempat terluka ketika dia mencuri di kerajaan, tapi dia akhirnya di selamatkan oleh eun chae. che eun dan gyum sebenarnya pernah saling mengenal, gyum bahkan adalah cinta pertamanya eun chae. mereka akhirnya saling jatuh cinta.
gyum (yong) , eun cheon
gyum kecil, eun cheon kecil

eun chae memiliki seorang kakak laki-laki yang payah, dia adalah anak bangsawan yang dahulu selalu menindas yong namun pada akhirnya karena yong pernah menyelamatkannya kakak eun chae menganggapnya sahabat, walau sebenarnya ketika menjadi il ji mae kakak eun chae selalu dipermainkan oleh yong. selain kakak kandung che eun memiliki seseorang yang dia anggap sebagai kakak, dia adalah shi hoo, sebenarnya shi hoo ini adalah anak dari ayahnya gyum dengan ibu angkatnya yong.. jadi shi hoo adalah kakaknya yong tapi mereka baru mengetahuinya di akhir cerita.

shi hoo sangat mencintai eun chae, dia cemburu dan marah pada il ji mae dan berniat untuk menangkap bahkan membunuhnya. tapi setiap mereka bertemu il ji mae selalu selamat, bahkan il ji mae hampir menang dan tinggal mengayunkan pedang tapi kemudian dia melepaskan pedang itu karena il ji mae tidak memegang pedang untuk membunuh orang.

cerita mencapai puncak ketika eun chae ditangkap karen dianggap sebagai kekasih il ji mae, shi hoo berusaha melindungi eun chae dari gurunya bahkan dia mengorbankan jari kelingkingnya untuk meyakinkan gurunya bahwa dia sendiri yang telah memotong jari eun chae untuk diberikan kepada il ji mae sebagai bukti bahwa eun chae ada di tangan mereka.

bong son sudah mengatakan bahwa dia mencintai yong, tetapi yong tidak bisa meninggalkan eun chae, bagi yong eun chae adalah hatinya. tapi dia juga menyayangi bong sun, mungkin sebagai adiknya. ketika yong ingin menyelamatkan eun chae, bong sun marah, namun akhirnya dia tetap mengizinkan yong pergi asal dia berjanji untuk kembali dan kemudian mengajaknya pergi.

ketika il ji mae tersudut, dan eun chae hampir terbunuh, shi hoo berbalik berpihak pada il ji mae untuk menyelamatkan eun chae. ayah bong sun juga membantu il ji mae, ketika il ji mae menyelamatkan eun chae.. bongsun mengambil baju il ji mae dan menyamar menjadi il ji mae untuk mengelabui semua orang dan akhirnya bersama ayahnya terjun untuk membuktikan bahwa il ji mae sudah mati. bong sun rela melakukan apa saja untuk yong termasuk jika dia harus mati, tapi mereka selamat.

il ji mae akhirnya menyusun rencana terakhirnya untuk membebaskan temannya yang di tahan sebagai wajib militer, mengambil harta dan bahan makanan dari kerajaan dan juga untuk mengetahui siapa yang membunuh ayahnya.
dan inilah episode paling seru di film ini, episode 20..

il ji mae kali ini dibantu beberapa sahabatnya dan bahkan didukung oleh semua rakyat. sebelum masuk istana il ji mae sempat melihat ibunya yang ternyata juga masih mengenalinya, dia berharap nanti setelah semuanya selesai dia bisa menemui ibunya. il ji mae akhirnya berhasil menyelamatkan temannya dan juga membawa keluar harta dan bahan makanan kerajaan dengan kecerdikannya, dan akhirnya dengan dibantu shi hoo yang sudah menyadari kalau dia adalah kakaknya il ji mae dan ayahnya bong sun. il ji mae berhasil membawa raja yang sebenarnya adalah pembunuh dari ayahnya. il ji mae membawa raja ke rumahnya yang dulu, ke tempat ayahnya di bunuh, dia mengatakan bahwa raja harus meminta maaf kepada ayahnya yang sebenarnya adalah adiknya sendiri dan juga kepada semua orang yang sudah dia korbankan demi kekuasaannya.

il ji mae benar-benar tidak habis pikir raja bisa berbuat demikian. dan raja hanya mengatakan, " semuanya karena kesalahanmu gyum, kau lah yang seharusnya mati." ternyata raja percaya kepada ramalan yang mengatakan kalau dia akan hancur kalau ada dua matahari di dalam kerajaan itu, dia sangat takut kehilangan tahtahnya hingga dia sampai hati membunuh adiknya bahkan juga anak kandungnya sendiri.

meski sudah menemukan siapa pembunuh ayahnya, nyatanya yong tidak mampu membunuh raja tersebut, dia hanya meminta raja turun tahtah. kata-kata yong yang paling menyentuh adalah saat dia menyesali dirinya karena tidak bisa membalas dendam. " aku memiliki dua orang ayah, satu ayah yang mengajarkan tentang mana yang benar dan mana yang salah dan satu ayah yang selalu berusaha melindungi dan menyayangiku hingga dia meninggal, tapi kau.. raja macam apa kau, ayah macam apa kau.. hingga tega membunuh anak kandungmu dan juga adik kandungmu sendiri." dan sambil menangis yong menyesali dirinya ketika sudah melepaskan raja " tapi ayah.. aku tak sanggup membunuhnya, apakah ini benar ayah?" seketika itu juga seseorang yang adalah pengawal setia raja menyerangnya. lagi-lagi il ji mae menang dan dia tak bisa membunuh cheon yang adalah pengawal setia dan juga guru shi hoo hingga akhirnya cheon mengibaskan pedang ketika yong berbalik.

cheon akhirnya dibunuh oleh shi hoo. "kau yang mengajarkan padaku bahwa ksatria tak perlu berhati hangat, aku juga adalah anak woon hoo."

yah endingnya sedikit membuah saya kesal karen il ji mae digambarkan meninggal, tapi sebenarnya belum pasti apakan ilji mae benar-benar meninggal atau tidak karena 4 tahun kemudian di lukiskan bahwa il ji mae kembali beraksi.

"tidak ada barang yang tidak bisa kucuri, karna aku.. il ji mae.. "


film ini keren banget, berbeda... keren lah. alurnya yang bolak balik, penokohannya yang kuat juga tentang konflik yang seru membuat film ini asik untuk diikuti. maaf bila sinopsisnya kurang baik, sebeanrnya saya kepingin banget menceritakan semuanya dengan lebih menditail dan lebih baik tapi karena kemampuan saya masih terbatas jadi maaf kalau kurang puas.

tapi serius ini film wajib ditonton... romantis, mengharukan, action bahkan comedy semuanya lengkap terangkum apik dalam cerita ini. hope you like it...

i love il ji mae... ^_^ i love korean drama... :)