Pages

Minggu, 19 September 2010

-- Terbang --

aku lagi suka lagunya vierra yang judulnya terbang, sebenarnya waktu pertama kai dengernya suka karena yang nyanyi bagin pertamanya itu bukan widi tapi malah sang drummernya ^_^
semakin di dengar semakin suka, terlebih liriknya bikin jadi lebih semangat dan ingat sama sahabat, so.. check this out !!

Lirik Vierra – Terbang Lyrics

* di balik sebuah mimpi
ada sebuah harapan
ada sebuah kisah yang tersimpan

berjuang untuk hidup
berjuang untuk jiwa
berjuang untuk sahabat sejati

dan aku ingin terus bermimpi
dan ingin mewujudkannya

reff:
bila harus ku berlari
bila harus ku terjatuh
bila nanti ku terluka
ku tak akan meminta

di sinilah ku berdiri
di sinilah ku bertahan
aku tak akan berpaling
karna ku bisa dan ku akan terbang

repeat from *

fly away, fly away
searching for the brightest light
fly away, fly away
searching for the brightest light

repeat reff


kalau mau download silahkeun... enjoy this song..

http://search.4shared.com/q/1/terbang-vierra


Jumat, 17 September 2010

rencana keuangan..

saya benar-benar shock dan merasa desprate ketika bicara tentang keuangan, betapa tidak.. ketika ngecek atm-atm saya (anjungan tunai mandiri), uang beasiswa yang saya terima beserta sejumlah uang tabungan awal sudah lenyap.. hanya menyisakan angka 98.000 untuk kartu atm BNI dan satu lagi atm Shar'i saya lebih sengsara sudah lama tidak mendapat asupan uang sehingga saldonya hanya sekitar 40000.



uangnya kemana?????


entahlah.. tapi sepertinya semua sudah sesuai rencana, uang itu digunakan untuk mencukupi keperluah hidup di kost baru di saat bulan puasa, sungguh wajar bila saya belum bisa menyesuaikan diri dengan keadaannya. alhasil uang terkadang pergi tanpa jejak ;( . tapi ada beberapa benda yang terlihat sebagai hasil menguras atm ini,

1. ricecooker.. ini keperluan mutlak mengingat tahun ini tidak dapat pinjaman ricecooker lagi. T_T, bodohnya karena dibeli secara dadakan dan mendesak harganya sangat kemahalan..



2. modem .. ini sudah niatan hati ketika mendapatkan beasiswa, agar bisa mudah ngepost dan nyari bahan kuliah dan ini ternyata berguna, meski tarifnya akan sangat membuat saya mengencangkan ikat pinggang!



3. buku akuntansi sektor publik.. hurray!!! akhirnya saya membeli buku ke-2 selama saya kuliah. selama ini saya hanya mengandalkan fotocopian atau buku hasil pinjaman. sebenarnya berat ketika memutuskan untuk membeli buku,takutnya gak dibaca (maklum saya pemalas --") tapi karena teringat dengan pesan kakak2 yang ngasih beasiswa, "ini buat beli buku" akhirnya saya merelakan sejumlah uang beasiswa itu untuk membeli buku ini, yah biar tepat guna juga uangnya.



tapi kalau dihitung-hitung uang saya harusnya masih sisa banyak, berbeda dengan kenyataan. ini mungkin karena saya tidak mengadakan perencanaan untuk pengeluaran.



mengingat sifat dasar saya yang royal dan boros, akhirnya saya memikirkan bagaimana caranya mengatur keuangan saya yang bisa dibilang pas-pas-an dan tak ada tambahan. akhirnya setelah menimbang-nimbang, saya memutuskan untuk mengikuti saran pak subeki yang menyarankan semua anak akuntansi membuat pembukuan pribadi.. dan jeng..jeng..jeng..



saya akhirnya membuat RENCANA ANGGARAN DAN REALISASI KEUANGAN PRIBADI hehhe.. masih dalam proses sih, kira-kira begini bentuknya..





kira-kira sih gitu.. yah, walau sederhana dan dibuat dengan asumsi bahwa uang masuk itu debit dan uang keluar itu kredit dan sedikit mengabaikan bahasa akuntansi sebenarnya akhirnya begitulah saya membuat rencana anggaran dan juga tabel realisasinya sehingga saya bisa terus memantau apakah saya sudah menghabiskan uang begitu saja atau sudah sesuai dengan anggaran yang saya buat..

seperti kata pak subeki, "Catatlah, dan tak ada lagi keraguan." yah kalau saya mencatatnya saya tak akan ragu dan bertanya "KEMANA UANG SAYA???"

semoga perencanaan ini bisa berjalan dengan baik dan bisa bermanfaat untuk saya ^_^.

*buat yang merasa uangnya habis begitu saja, mari kita coba untuk membuat rencana anggaran dan realisasinya sehingga uang kita yang belum banyak ini bisa tepat guna dan digunakan secara maksimal.

Kamis, 16 September 2010

bulan sabit di hatiku

Bulan Sabit di hatiku..

Detak jantungku berpacu dengan waktu, aku benar-benar tak pernah menyangka hal ini akan terjadi padanya, pada seseorang seperti dia. Tanpa pikir panjang ku raih tas ranselku dan kemudian berlari secepatnya, aku tak perduli ketika bu Shelly memanggilku, aku tak peduli ketika puluhan pasang mata teman-teman sekolahku menatapku dengan tatapan aneh, aku juga tak peduli dengan pak satpam yang tak bisa berbuat apa-apa untuk menahanku. Aku hanya peduli pada Dia...

Aku mengetuk-ngetukkan kakiku dengan gelisah. Di tanganku sebuah gantungan kunci berbentuk bulan sabit tergenggam dengan erat. Aku diam.. hanya sedang menundukkan kepala dan berdo’a untuknya, dia, seseorang yang paling berharga dalam hidupku.

***
Aku pertama kali bertemu dengannya ketika kami sama-sama baru masuk SMA, 3 tahun yang lalu. Saat itu aku hanyalah seorang anak pemalu yang belum punya teman meski masa orientasisudah aku lewati, masa orientasi adalah masa dimana kita biasanya pertama kali mendapatkan banyak teman.. tapi kenyataannya sekarang aku belum mendapatkan satu temanpun. Awalnya aku bertekat untuk bisa mempunyai banyak teman di sekolah baruku ini, tapi ternyata aku hanya bisa mendapati diriku mengalami takdir yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya di sekolah lamaku, aku sendirian. Di kelasku, pertemanan sepertinya hanya milik anak-anak yang berparas sangat cantik, sangat pintar atau setidaknya sangat pandai memuji dan mengambil hati dengan pura-pura sok kenal. Aku tidak termasuk dalam kategori itu. Aku pemalu.. parasku tak cukup cantik, walau nilaiku tidak bisa dibilang jelek tapi aku pasti takkan pernah bisa jadi anak pintar yang populer di sekolahku karena teman-teman di sekolah baruku ini adalah siswa-siswa pilihan yang mungkin jauh lebih pintar dariku, aku juga tak pandai memuji atau sekedar mendekatkan diri pada orang lain dengan gaya sok kenal dan sok asik, entahlah aku selalu merasa jijik bila memuji atau mendekatkan diri hanya karena ingin dijadikan teman.

Dan disinilah aku, di bangku paling sudut di kelasku yang baru, sendirian dan menyedihkan. Tapi, sepertinya aku tak sendiri. Mataku tertuju pada seorang anak perempuan cantik yang hanya diam dibangkunya yang ada di depanku. Tangannya sibuk mencorat-coret selembar kertas, entah apa itu.. tapi dia sendirian. Aku tak tahu apa yang memaksaku untuk menegurnya, tapi sepertinya dorongan itu sangat kuat hingga dengan bergetar akhirnya tanganku mampu menyentuh pundaknya.

“hai..” aku mencoba ramah, memberanikan diri dengan menekan semua rasa malu, sungkan dan mungkin sedikit jijik atas sikapku yang mulai ingin sok kenal.. tapi tidak, aku bukan ingin sok kenal dan sok asik, aku hanya ingin menegurnya, bukankah dia senasip denganku, masih sendirian setelah masa orientasi selesai.

Anak perempuan itu perlahan menoleh kepadaku, diam.. dan kemudian kembali pada kertas gambarnya yang terlihat abstrak. Aku bingung, kaget, dan juga sedikit kesal padanya. Apa maksudnya dengan menatapku dingin lalu kemudian diam dan mengacuhkanku? Apa aku mengganggunya.. bodoh, mana mungkin dia mau bertemna denganku lagi kalau kesan pertamanya saja sudah sangat tidak enak seperti ini.

Aku kembali diam, duduk manis di bangkuku sambil menatap iri teman-teman lain yang sudah mulai akrab. Mengapa aku tak pernah bisa punya teman seperti mereka? Belum sempat aku menjawab pertanyaan hatiku dengan argumen yang sebetulnya akan lebih membuat aku depresi, anak perempuan yang tadi aku tegur dan mengacuhkanku tiba-tiba berdiri dan kemudian duduk di bangku yang ada di sampingku dan kemudian mengulurkan tangannya.

“aku alisa..” sebuah senyum tipis kemudian menghiasi wajahnya. Walau kaget aku akhirnya menjabat tangannya yeng ternyata penuh kehangatan.

“aku tiara.”

“maaf tadi aku sedang menyelesikan projek.” Kali ini alisa bicara sambil memasukan buku sketsanya ke dalam tas. Aku hanya mengangguk pelan dan kemudian tersenyum padanya, “gak papa kok.”

***

Alisa adalah teman pertamaku di sekolah ini dan mungkin juga menjadi satu-satunya teman dekatku. Dia memang berbeda, tak seperti anak-anak yang lain yang malah enggan berteman dengan diriku karena terkesan membosankan dan gak gaul, alisa malah tak pernah bosan bersama denganku. Kami selalu besama, saat di kelas, di kantin, saat tugas kelompok, saat piket dan kapanpun kami selalu bersama. Alisa, dia anak yang menyenangkan, baik, cantik, pintar, setia kawan, dan yang pasti dia bisa menerimaku apa adanya, dia sempurna. Hanya saja alisa sangat misterius bila sudah menyangkut buku sketsanya, dia bahkan tak memperbolehkan aku menyentuh buku sketsanya itu.

Alisa .. meski dia punya segala hal untuk jadi populer di sekolahku, dia tak pernah ingin populer. Dia tak pernah merasa dirinya cantik, pintar apalagi membanggakan dirinya. Baginya dia adalah dirinya apa adanya, dia tak pernah peduli tentang semua anggapan teman-teman tentang diirnya.

“Hayo loh lagi ngapain sa?” aku mendapati alisa sedang duduk sendirian di sisi lapangan basket dengan buku sketsanya, cepat tangannya menutup buku itu dan kemudian tersenyum ke arahku.

“Masih menyelesaikan proyek.” Katanya sambil tetap tersenyum manis. Aku menghelakan napasku, ini adalah satu-satunya jawaban alisa setiap kali aku bertanya tentng aktifitasnya bersama buku sketsanya itu, harusnya aku tak perlu bertanya lagi karena alisa pasti tak akan menjelaskan ada proyek apa dia sebenarnya. Dia hanya akan tersenyum lalu kemudian dengan pintar mengalihkan topik pembicaraan kami.

“Sa, tahu gak tentantang apa yang temen-temen lain bicarakan dibelakang kamu, tentang kamu dan buku sketsamu itu?” dia menggeleng kecil, tersenyum lalu kembali mentap lurus ke arah lapangan basket yang sedang ramai karena siswa-siswa laki-laki biasanya memang mengisi waktu istirahat dengan main basket.

“Aku gak peduli ra.”

“Senapa? Sa, semua orang menganggap kamu aneh dan misterius. Bahkan ada yang bilang kalau buku sketsamu itu yang telah menyihirmu. Apa kamu mau terus-terusan hanya berteman dengan aku?”

Dia diam sejenak, “Apa kamu tak ingin terus berteman denganku?”, pertanyaan itu benar-benar membuat aku kaget, aku tak bermaksud seperti itu, memiliki alisa sebagai satu-satunya temanku adalah hal paling membahagiakan dalam hidupku, tak pernah terpikirkan sama sekali di benakku untuk bosan dan berhenti berteman dengannya, dia tak tergantikan.

“Bukan begitu sa,.. tapi.....”

“Ra, aku tahu kamu begitu peduli padaku.. hanya saja, Aku tak pernah peduli tentang apa yang mereka bicarakan tentangku, aku hanya peduli pada teman yang bisa menerimaku apa adanya.. karena aku hanya mencari teman sejati..” perlahan dia bangkit dan kemudian mengulurkan tangannya padaku.

“Suatu saat kamu akan berteman juga dengan buku sketsaku ini ra, tapi ku mohon.. biarkan aku menyelesaikan proyekku ini dulu.” Perlahan aku mengangguk dan kemudian kami kembali tersenyum bersama.

***

Bulan sabit, selain buku sketsa alisa juga sangat identik dengan bulan sabit. Hampir semua yang dia miliki mempunyai aksen bulan sabit, kalaupun bukan barang asli yang punya aksen bulan sabit, dia membuatnya sendiri. Dia, juga memberikan satu buah gamtungan kunci bulan sabit yang indah kepadaku di hari ulang tahunku.

“apa ini sa?” tanyaku ketika alisa memberikan satu buah kotak kado dengan gambar bulan sabit.
“ini kado dari aku, selamat hari lahir ya ra..” kemudian dia mencium pipi kanan dan kiriku, aku benar-benar terharu. Tak pernah aku mendapatan kado spesial seperti ini. Terlebih ini dari seorang teman, sahabat, seseorang yang selalu aku mimpikan untuk memilikinya dulu.

“buka deh ra, aku harap kamu suka.” Alisa tersenyum ke arahku, aku menuruti sarannya. Perlahan jemariku membuka bungkus kotak kado itu, hati-hati sekali, karena aku tak ingin merusak benda berharga ini. Sebuah gantungan kunci bulan sabit yang sedang tersenyum terlihat sangat cantik ada di dalam kotak kecil itu, aku menatap alisa tak percaya.

“maaf ra, aku cuma bisa ngasih kamu ini..” kata alisa dengan nada sedikit menyesal.

“bicara apa kamu sa? Ini adalah hadih paling indah yang pernah aku terima.. aku benar-benar bahagia.”

Dia tersenyum kepadaku. Sungguh itu adalah saat-saat paling membahagiakan bagiku, aku berhutang banyak sekali rasa bahagia pada alisa.. dia memberikan banyak sekali tawa dan bahagia padaku.

***

Persahabatanku dan alisa semakin erat, aku tak lagi peduli meski aku tak punya banyak teman di sekolahku ini. Alisa benar, yang aku butuhkan adalah teman sejati dan aku sudah memilikinya.

Banyak hal yang kami lalui bersama, dari mulai dari belajar, belanja bahkan sampai urusan pribadi seperti keluarga. Aku sering main ke rumahnya, begitupun dirinya. Orang tuanya adalah orang tuaku dan orang tuaku adalah orang tuanya, kami sudah seperti saudara kandung.
Aku berbagi apapun padanya, aku selalu bercerita tentang semua yang aku rasakan dan dia selalu ada untuk mendengarkanku, meski terkadang aku merasa bersalah padanya karena selalu merepotkannya tapi dia selalu bilang dia senang, dia berjanji akan selalu ada utukku meski dia pernah mengingkarinya.

Sebuah surat dengan amplop putih ada di depan rumahku, entah siapa yang mengantar.. tadi hanya ada tiga kali ketukan dan ketika aku membuka pintu hanya surat itu yang ku dapat. Aku sedikit ragu untuk membukanya, mungkinkah surat itu salah alamat? Tak ada seorangpun yang mungkin akan mengirimkan surat padaku. Namun semua rasa ragu itu langsung berubah menjadi penasaran ketika ku dapati ada namaku tertulis jelas di amplop surat itu. Segera ku buka surat itu,

Untuk Tiara Anggia Paramitha,
Maaf kalau aku mengagetkanmu, sungguh aku juga tak ingin begini. Harusnya aku bicara langsung padamu. Tapi ra aku gak bisa..
Aku hanya ingin pamit,
Ra, aku harus menyelesaikan proyekku.. dan kali ini aku harus pergi sementara untuk itu.
Aku janji, setelah proyekku selesai aku akan kembali,
Ra, kamu jangan sedih.. tiara kan bukan anak cengeng. Lagi pula aku akan selalu ada bersamamu, bukankah kamu masih menyimpan separuh bulanku?
Bulan itu... dia yang akan mewakiliku untuk selalu menemanimu..
Take care yah tiara anggia paramitha, wish me luck for my last project.

Aku tak percaya alisa melakukan semua ini, aku segera menelponnya.. tak bisa dihubungi, papa dan mamanya juga. Aku segera mencarinya, mendatangi rumahnya, mencarinya di semua tempat yang mungkin menjadi tempat menyelesaikan proyeknya, dia tak boleh meninggalkanku seperti ini.. tapi hasilnya nihil, orang tuanya juga tak ada, rumahnya kosong dan semua tetangga tak ada yang tahu kemana mereka pergi..
Untuk pertama kalinya aku menangis karena alisa.

***

Hidupku tanpa alisa adalah sama seperti sebelum aku mengenalnya bahkan sepertinya jauh lebih buruk.. aku menjadi lebih pendiam dan tak punya seorangpun teman sebagai tempat berbagi. Semuanya terasa hampa, aku bahkan seperti kehilangan semangat hidup.. orang tuaku sempak khawatir dengan keadaanku, mereka selalu mencoba menghiburku, mengatakan kalau alisa pasti kembali dan akan bersamaku lagi. Tapi semua percuma, aku hanya ingin alisa.
Bagai hujan di penghujung kemarau, alisa sepertinya ingin menghiburku. Sebuah surat darinya kembali datang kerumahku, lagi-lagi hanya di letakkan di depan rumahku.. sepertinya dia mengutus seseorang untuk mengantarkannya..

Aku membuka surat alisa dengan cepat, berharap itu adalah surat yang mengambarkan kalau dia akan segera kembali ada di sampingku. Aku terdiam membaca surat itu,

TIARA ANGGIA PARAMITHA!!!!!
Hey!aku tak ingin mendengar kamu hancur hanya karena aku meninggalkanmu untuk sementara.
Kamu harusnya tetap tegar, tanpa aku kamu tetap tiara yang mandiri.. gak cengeng!
Tahukah kamu tiap har bulan bercerita padaku bahwa kamu sealu bersedih,
Itu sungguh membuat aku ikut sedih, aku jadi mengkhawatirkanmj.
Ra, aku mohon.. kamu harus semangat. Kalau kamu semangat, aku juga jadi gak khawatir dan mungkin akan lebih cepat menyelesaikan proyekku dan kembali bersamamu.
Oke tiara! Promise me.. kamu akan kembali semangat. Bulan akan selalu menjagamu untukku..
Bila kamu rindu padaku, genggam erat bulan sabit itu dan rasakan kalau aku akan selalu bersamamu.

***

Aku menepati janjiku pada alisa, aku tak pernah bersedih lagi.. aku berharap dia juga menepati janjinya untuk segera kembali menemaniku...

Aku sedang mendengarkan penjelasan bu shelly ketia hape di dalam sakuku bergetar, aku memang tak pernah mematikan hapeku di sekolah hanya ku getarkan, lagi pula tak pernah ada yang menelponku. Nama alisa berkelap-kelip di layar hapeku, tanpa pikir panjang aku mengangkat telpon itu sambil menyembunyikan kepalaku di balik buku matematika yang aku dirikan.

Sebuah suara yang aku kenal berbicara dengan sesegukan, mama alisa.. dia menyampaikan sebuah kabar yang membuat hatiku remuk redam. Detak jantungku berpacu dengan waktu, aku benar-benar tak pernah menyangka hal ini akan terjadi padanya, pada seseorang seperti dia.

Tanpa pikir panjang ku raih tas ranselku dan kemudian berlari secepatnya, aku tak perduli ketika bu Shelly memanggilku, aku tak peduli ketika puluhan pasang mata teman-teman sekolahku menatapku dengan tatapan aneh, aku juga tak peduli dengan pak satpam yang tak bisa berbuat apa-apa untuk menahanku. Aku hanya peduli pada dia... Alisa..

***

Alisa, dia ternyata tak pernah pergi.. dia selalu ada mengamatiku dari jauh. Mama alisa sudah mencaritakan semuanya padaku, alisa sudah berjuang sekuat tenaga untuk hari ini.. meski alisa bersih keras agar mamanya merahasiakan semua itu padaku tapi naluri mama tak pernah salah, dia yakin alisa membutuhkanku. Aku kembali memaksa supir taksi yang aku tumpangi untuk mempercepat laju taksinya, aku harus sampai tepat waktu..

Aku berlari sepanjang koridor rumah sakit sampai akhirnya aku tiba tepat waktu ketika alisa baru saja akan memasuki ruang operasi, maka aku langsung memeluknya.

“sa, kenapa kamu gak pernah bilang.. kenapa sa?” alisa sedikit kaget dengan kedatanganku, namun kemudian membalas hangat pelukanku.

“tiara, ini proyek pribadiku. Aku janji proyek ini akan selesai dengan indah dan kemudian aku akan kembali bersamamu.” Dia menghapus bulir-bulir air mata yang jatuh di pipiku. Dan kemudian melepaskan pelukanku kemudian tersenyum.

“kali ini kamu harus pegang janjimu.. kamu harus bisa melawan penyakitmu.” Aku mencoba menguatkan dirinya, dia mengangguk kecil dan kemudian tersenyum kearah aku, mama dan juga papanya.

***

Mama alisa perlahan duduk di sebelahku, dia kemudian memelukku dan berbisik di telingaku.

“maafkan tante yah karena selama ini merahasiakan semuanya, alisa yang minta.. oh iya, dia ingin kamu melihat ini.” Sebuah buku sketsa kemudian di serahkan kepadaku. Buku ini adalah buku sketsa yang selama ini selalu dibawa alisa..

Perlahan aku membuka cover buku itu, hanya ada sebuah gambar abstrak disana gambar abstrak yang aku lihat sedang digambar alisa ketika kami pertama berkenalan, tidak.. itu bukan gambar abstrak, itu adalah gambar seorang anak perempuan dengan arsiran gelap yang cukup menyembunyikannya, sebuah tulisa tertera dengan indah dibawah gambar itu, “aku selalu merasa esok duniaku akan berakhir tanpa sempat aku memiliki seseorang untuk berbagi... tapi aku rasa aku menemukannya sekarang, dia tak marah ketika aku mengacuhkannya... dia memberiku ruang privasi aku harap dialah orangnya. Dan sepertinya aku takkan sendiri dan takkan sekelam ini lagi”

Lembar kedua, arsiran yang digunakan sudah lebih terang, gambar seorang anak perempuan itu semakin jelas.. dia sedang menatap jauh kedepan, sendirian walau entah mengapa dia tidak terlihat sendirian dengan arsiran yang tak dapat ku artikan secara harfiah itu.. kembali aku tertegun dengan cakakan yang ada di bawahnya, “kami Cuma berdua,.. tak apa, karena yang ku mau hanya seorang..”

Di lembar-lembar selanjutnya semakin terlihat arsiran itu semakin terang.. dan yang membuat aku kaget, aku menemukan sesuatu hal yang berbeda pada gmabar sketsa yang terlihat mirip itu, selain dari catatan-catatannya yang terkadang aku tak terlalu mengerti.. aku menemukan bahwa ank perempuan yang ada di sketsa itu tidak sendiri,..

Aku semakin terkejut ketika mendapati gambar yang ada di bagian akhir.. gambar kali ini sangat berbeda dari sebelumnya.. anak perempuan itu tidak sendiri, dia berdua, bersama dengan seorang anak perempuan lain. Mereka sedang duduk menghadap langit, dan di atas langit malam itu ada ribuan bintang dan sebuah bulan sabit yang sangat indah.. tak ada catatan di sisi gambar ini, tapi aku menemukan untaian kata tertulis indah di balik cover belakang buku sketsa ini.

Dulu aku sendiri... dalam gelap dan sunyi. Hanya ada bulan yang menemaniku..mengatasi rasa takutku akan dunia yang munngkin akan sirna esok,.. namun aku tak ingin menyerah, masih ada satu jalan lagi.. dan aku harus berusaha.
Lalu aku berdo’a, berdo’a padaNya agar dia mengabulkan permintaanku.
Aku tak minta banyak, aku hanya minta Dia memberikanku seorang bidadari,
Seorang bidadari yang selalu ada di sampingku,
Yang memberikan ruang padaku,
Yang bisa menerima semua kekuranganku,
Yang selalu ada untuk berbagi padaku..
Lalu.. dia datang, seorang bidadari yang mengubah hidupku.
Yang menjadikan duniaku lebih berwarna,
Yang menjadikan aku percaya bahwa aku tak bisa bertahan,
Yang selalu ada bersamaku...
Aku tak ingin meminta yang lain, aku hanya ingin selalu bersamanya.. bersama untuk menatap bulan dan bintang.
Bersama bidadariku selamanya, Tiara Anggia Paramitha..

Sebuah bulir air mata jatuh tanpa bisa ku tahan, alisa... dia, dia harus bisa bertahan. Operasi ini harus berhasil, dia pasti bisa melawan tumor otaknya. Alisa memang menderita tumor otak, kata mamanya dia hancur ketika pertama kali tahu tentang penyakitnya itu.. dia selalu sedih, namu ketika kemi bersama dia berubah, ada semangat yang kemudian membuat dia kuat dan akhirnya membuat dia berani untuk operasi.. Dia harus sembuh, sudah lama dia mencoba meyakinkan dirinya untuk operasi, dan sekarang ketika dia sudah berhasih mengalahkan rasa takutnya aku harap dia juga akan berhasil mengalahkan tumor itu..

Aku kembali menyusun memori dari mulai pertama kami berkenalan, sungguh dia adalah yang terbaik. Maka aku memanjatkan do’apaling tulus untuk orang yang terbaik yang pernah aku temui.

Aku masih terdiam di kursi ketika kemudian perlahan pintu ruang operasi mulai terbuka.

***

Malam ini aku sedang duduk di taman rumahku, mentap ribuan bintang dan sebuah bulan sabit yang tersenyum kepadaku. Di sampingku, seorang bidadari paling cantik dan terbaik yang pernah ada memamerkan sketsanya yang baru kepadaku. Semoga selamanya bersama, sahbat terbaik yang pernah aku miliki, Bulan Sabit di hatiku.. Alisa Dewi Sapasi

____The End____
*0.41, 13/09/2010 yuliana indriani

Sabtu, 11 September 2010

dunia kecilku...

Well, udah lama gak numpahin uneg-uneg di blog. sebenarnya bukan uneg-uneg juga sih.. ini lebih seperti hanya nostalgia dan juga berbagai pikiran random yang ada di otakku..

Dunia kecilku...
Judulnya berat banget, jadi bingung bagaimana harus memulainya, tapi mari kita coba.

Aku, dari kecil mungkin aku memang aneh, sedikit berbeda dengan teman-temanku. aku anak yang cenderung pasif, aku tak terlalu suka bergerak. tidak seperti anak-anak pada umumnya yang selalu bermain dengan riang, aku hanya bisa memandangi teman-temanku dari dekat pintu kelasku di taman kanak-kanak. papa sendiri pernah bilang kalau sebenarnya mereka sedikit iba melihatku.. tapi memang itu yang aku sukai, dari dulu aku memang suka mengamati orang.. apa aku tidak bermain??? tentu saja aku bermain, tapi itu paling banter hanya main ayunan. (dari kecil sepertinya aku terobsesi pada putri, dan main ayunan bisa menyebabkan aku berasa jadi tuan putri yang anggun dan sedang main ayunan di taman yang sangat indah.. hoho). di rumah aku malah lebih suka bermain sendiri dengan diriku.

Aku hanya punya satu kakak laki-laki, waktu kecil kami paling sering bertengkar.. dan itu hal yang wajar sepertinya, tiap saudara biasanya gitu. aku akhirnya hanya memilih bermain dengan imajinasiku, sedikit kasihan memang tapi mau bagaimana lagi, papa dan mamaku sibuk bekerja dan aku terlalu tinggi imajinasinya sehingga terkadang tak dapat di mengerti oleh siapapun. aku bermain dengan bonekaku, atau bahkan sendirian, tak jarang papa dan mama merasa aneh dengan sikapku yang lebih sering bicara sendiri. (bukan karena aku bisa bicara dengan makhluk halus sebenarnya, aku hanya sedang menghayalkan diriku ada di ceritaku, memerankan tuan putri, raja, bahkan pangeran dengan diriku sendiri..)

Oh iya, ada satu lagi yang membuat aku berbeda dengan teman-teman seusiaku. aku lebih senang menonton iklan daripada acara apapun, aku rela lari dari kamar tidur hanya untuk nonton iklan alat pel (^_^a) , hahaha.. papa dan mama cuma bisa tertawa kalau mengingatnya.

Jangan membayangkan aku adalah anak kecil lemah dan tak ada semangat hidup hanya karena aku tak pandai bermain atau menggerakkan tubuh. (kata mama aku anak kecil yang payah dan lesu..--'') meski aku tak pandai dalam gerak, aku pandai dalam bicara, aku bahkan memiliki gaya bicara yang jauh melebihi umurku.. terlalu cepat dewasa. (ini hasil didikan tv sepertinya, dulu karena tak suka bermain di luar rumah, masa kecilku ku habiskan dengan menonton tv dan tidur siang..)

Pernah suatu ketika ketika aku menangis keras.. *dari kecil aku cengeng. Papa sampai kesal dan mengancamku, entah umur berapa aku waktu itu tapi yang pasti aku masih di gendong dan memakai kaos singlet *berarti masih kecil banget.. mungkin baru 3/4 tahunan. (tapi bingung juga.. faktanya aku masuk TK umur tiga tahun itu bisa apa yah?? masa iya masih pake singlet ke TK.. -_-)

papa : hayo diem, ntar di kasihin ke pak polisi mau.. (ceritanya waktu itu aku lagi di gendong biar diem dan dibawa jalan-jalan ke kantor polisi *what???) <== ceritanya dari papa.

aku: *dengan wajah polos sambil sesegukan dan memandang wajah papa dengan mata berbinar..*

papa : pak polisi, silahkan ambil anak saya.. dia nagis terus. (ini serius lupa gimana ceritanya, tapi anggaplah gitu yah orang tua ngancem anaknya yang masih kecil. maaf kalau salah ^^)

aku : hh... hhh... dak papo kalo papa nak ngasih aku ke orang lain. tapi ngasihnya sama temen papa yang sering ke rumah, biar aku masih bisa lihat papa.. ( jujur bengong banget pas diceritain kalau seumuran gitu aku udah pinter ngomong yang ala sinetron drama mengharu biru.. dan denger-denger papa juga bengong banget waktu itu, katanya mau langsung nangis ada tapi bingung juga ada.. *ini anak belajar dari mana kok kalimatnya udah kayak pemain sinetron gede..)

hahahha.. aneh2 wae ternyata aku waktu kecilnya. tapi tunggu dulu.. masih ada yang lebih aneh lagi.

Kapan pertama kali kalian ngerasain suka sama orang? hayo yang punya cinta monyet.. kapan?
kalau aku yang ditanya pasti nutupin muka dan malu banget. karena menurut papa waktu aku kecil, masih TK, aku malah bilang gini.. "om tatang cakep banget deh.." dan bla...bla..bla.. yang langsung di sensor rasa malu saya. hahhahaha yang membuat lebih malu lagi aku bilangnya itu ke 'om' tatang, yang nota bene adalah temennya papa dan perlu digaris bawahi kemudian beberapa tahun berikutnya menjadi guruku di SMP.. dan tiap ketemu rasanya 'pak' tatang aku selalu membayangkan kalau dia kepengen ketawa *dan dalam pikiranku dia masih mengingat kebodohan yang memalukan itu, betapa aku suka menyesali diri atas kebodohan masa kecil itu.

tidak cukup mempermalukan diri dengan kegilaan frontal waktu TK aja, aku juga waktu baru-baru masuk SD juga lagi-lagi frontal dan mempermalukan diri. kali ini, tetangga yang jadi objeknya.. dan malunya dia sekarang malah masih suka ngejek saya.. "masih inget gak kisah kita yang dulu??" *what!!! itu kesalahan fatal juga, memalukan! aku cuma bisa bilang.. "yang mana yah?" *pura2 lupa.. dan dia dengan tertawa kemenangan bilang.. "gak mungkin kamu gak ingat, waktu itu kan ngomongnya serius banget." *sumpah rasanya pengen ngubur diri atau gak langsung tenggelam di lumpur lapindo aja.

tapi, selain banyak hal-hal aneh dan juga memalukan aku juga punya cerita yang membanggakan.
aku masuk TK umur 3 tahun *prestasi bukan sih??* , sebenarnya itu karena gak ada yang jagain juga di rumah, trus pas mau masuk SD umur 5 tahun kagak di terima!! SD tempat aku mendafta memang punya peraturan ketat, jadilah aku murid terlama di TK itu, selalu jadi yang di tuakan.. (yaiyalah..) trus juga kebagian jadi asistennya ibu guru buat ngasuh anaknya yang TK juga.
pertama kali tampil di depan umum itu pa TK, dan aku malah nangis di atas panggung! *yaiyalah masih kecil banget eh di tinggal mama di atas panggung, jelas lah nangis. tahun berikutnya kembali mencoba peruntungan, eh malah salah nyanyi.. *gak ada yang sadar sepertinya tapi aku sadar. orang ada buktinya, semua teman-teman aku pada pose dengan huruf U dan aku malah sendirian pose dengan semangat sambil melafazkan huruf AAAA.

Aku juara harapan 5 waktu lomba mewarnai tingkat TK. uh, itu bangganya bukan main. padahal kalau dipikir-pikir itu warnanya gak rata, hanya saja anak TK yang lain pada gak mau nyontoh warna boneka-boneka susu sustagen yang jadi sponsor itu, jadi ketika anak-anak lain sibuk mengkreasikan warna yang membuat kertas gambar mereka lebih seperti lukisan abstrak aku dengan suksesnya mewarnai sama persis dengan spanduk yang ada. *untuk anak TK sepertinya aku sudah lebih calak.. #calak=pintarberstrategi.

prestasi yang lain biasa saja, dari SD aku selalu juara pertama.. ikut lomba puisi, ah nothing spesial.

Oh iya, aku sewaktu kecil lebih nurut pada guruku dibanding siapa pun. bagiku guru adalah manusia setengah dewa yang selalu benar, pun papa atau mama bilang atau menyuruh apapun *seperti makan sayur* aku gak akan nurut kecuali guruku yang bilang... *mama kaget ketika pulang sekolah aku yang benci sayur malah minta dibuatkan satu mangkuk penuh sayur katu hanya gara-gara guru di sekolahku bilang kalau sayur itu bagus sekali untuk kesehatan, menjadikan kamu pintar, sehat dan cantik..
Aku baru berhenti menganggap guruku dewa ketika jawaban ujianku disalahkan padahal aku yakin benar berdasarkan buku yang aku baca kalau jalan yang aku buat itu benar. *dan sepertinya buku kemudian jadai obsesi dewa bagiku.

ngomong-ngomong soal dewa, aku dulu sangat suka dewi kuan in.. dan terkadang berpura-pura jadi dewi kuan in dengan kain panjang yang aku jepitkan di rambutku.
obsesiku mungkin terlalu banyak, aku selalu bermimpi menjadi putri, dewi, semua pemeran utama di film atau buku yang aku baca.. *kecuali yang pemeran utamanya cowok seperti si buta dari gua hantu, tarzan dll ogah!! walau lugu aku juga punya selera.. hahhaa

oh iya, satu hal yang tak pernah berubah dariku, aku masih suka berimajinasi....... dan mungkin itulah dunia kecilku yang tak akan pernah akan hilang dari diriku.

ah, menyenangkan sekali bisa menuliskannya... aku merasa bebas dan tanpa beban.

lain kali akan aku sabung lagi, ini sudah terlalu malam.