Pages

Selasa, 25 Mei 2010

From Sivia's Notes 7

Maaf yah kalau part 7 ini sangat amat lama di post. Saya benar-benar minta maaf.
So, enjoy this story. ^^

From sivia’s notes... 7

“tin… tin..” suara klakson skuter matic Ify terdengar lagi. Rasanya sudah lebih dari tiga kali dia membunyikannya. Padahal aku sudah menyuruhnya untuk menungguku di dalam saja tapi tetap saja dia ngotot menungguk di luar. Aku baru saja selesai meminum teh ku lengkap dengan adegan tersedak ketika dia kembali membunyikan klaksonnya. Yah, tidak biasanya dia terpaksa menungguku seperti sekarang.
“lama banget vi?“ tanya Ify ketika aku, sambil membetulkan sepatu flat putihku, sedikit terburu-buru menujunya.
“kesiangan.“ Jawabku pendek. Segera kubereskan sepatu yang tadi kupakai asal-asalan. Ify menatapku heran.
“kok bisa? Mata kamu bengkak lagi. Ada apa sih?“
“gak ada apa-apa kok. Cepetan jalan, ntar kesiangan nih. “ ku paksa ify untuk segera berangkat, aku tak mau dia kembali menanyakan perihal apa yang terjadi padaku semalam. Cukup aku, diaryku dan Tuhan saja yang tahu.
Ify menstarter skuter maticnya setelah sempat memberikan helm pink kebanggaannya kepadaku. Kami pun akhirnya berangkat ke rumah sakit, kali ini dalam diam. Biasanya kami tak pernah sediam ini, aku dan ify selalu berbagi cerita sepanjang perjalanan, walau kami selalu bersama entah kenapa sepertinya kami tak pernah kehabisan bahan cerita. Tapi kali ini tidak, aku tak ingin bercerita apapun padanya sekarang dan mungkin dia mengerti itu, bukankah dia sudah lama mengenalku..
Suasana rumah sakit masih sepi ketika kami sampai. Belum ada keluarga pasien yang membesuk dan juga kesibukan lainnya, hanya beberapa keluarga pasien yang bertugas menjaga pasienlah yang terlihat sedang beraktifitas. Aku dan ify segera menuju ruangan perawat, mengisi absen sebentar dan mengambil catatan masing-masing, kemudian kami berjalan menuju kamar-kamar pasien yang seharusnya kami periksa.
Aku melangkahkan kakiku gontai, tak ada semangat.. tidak aku tak boleh seperti ini. Cukup semalam saja aku lemah dan menangis. Matahari sudah bersinar dan seharusnya aku pun kembali kuat dan bersemangat, yah seharusnya begitu, agar dapat kubagikan senyumku hari ini. Aku mengangguk kecil setelah bicara pada diriku sendiri. Ku letakkan jari telunjuk dan jari manis tangan kananku ke dekat bibir sementara tangan kiriku memgang catatan, lalu kucoba sedikit mendorong otot-otot pipiku dengan jemariku itu, mencoba membuat bibirku tersenyum.
Beginilah seharusnya dan ku yakin ibu pasti lebih suka kalau aku tersenyum. Ku helakan napasku dan ku buka pintu kamar melati.
“pagi...“ sapaku ketika memasuki kamar melati. Ku lihat mas gabriel mengerjapkan matanya kemudian sedikit menguceknya, sepertinya aku baru saja membangunkannya. Aku melirik ke arah sofa, Ibu mas gabriel masih tidur, sama seperti kemarin, sepertinya dia kelelahan. Ku pelankan suaraku agar tak membangunkannya.
“maaf mas, cek dulu yah..“ kataku sambil mulai memasangkan alat untuk mengukur tekanan darahnya. Dia hanya mengangguk, sedetik menatapku, lalu kembali diam. Ada yang aneh, dia tidak tersenyum tipis padaku. Ada apa? Apa aku berbuat salah karena telah membangunkannya? Ah, entahlah... Aku tak mau memikirkannya sekarang.
Setelah selesai mencatat aku segera pamit keluar, ku lihat Ibu mas Gabriel masih tidur. Sungguh dia terlihat sangat kelelahan, wajahnya terlihat letih, ada gurat-gurat halus yang semakin tampak membayang diwajah itu, dia letih. Setahuku memang selama satu minggu ini hanya Ibu gabriel yang menjaganya, tak ada satu pun keluarga yang lainnya. Ku yakin dia kelelahan, aku putuskan segera menyelesaikan tugasku dan kemudian akan kembali ke sini untuk sarapan bersamanya nanti.
......
Aku kembali masuk ke kamar melati, kali ini dengan sebuah nampan yang berisi penuh. Sarapan untuk Ibu mas Gabriel dan juga Mas gabriel. Aku sengaja menawarkan diri untuk membawakan sarapan mas gabriel pada suster yang bertugas untuk membawakan sarapan mas gabriel. Yah sekalian saja, toh aku memang mau ke kamar itu, dan sepertinya suster itu senang karena secara tidak langsung aku sudah meringankan sedikit pekerjaannya. Mas gabriel menatapku heran ketika aku mendekatinya setelah menaruh satu mangkuk bubur kacang hijau untuk ibunya di atas meja.
“sarapan mas.“ Kataku sambil mulai menyiapkan makanan untuknya di atas lemari kecil di samping ranjangnya. Dia menatapku sejenak, dalam, tapi kemudian kembali datar. Kulirik ibu mas gabriel yang masih tertidur, ah.. tak tega kalau aku membangunkannya sekarang. Ku putuskan untuk keluar dari kamar ketika sudah kupastikan mas gabriel sudah dalam posisi duduk dan siap sarapan. Ketika aku selesai berikan piring makanannya pada mas gabriel, aku melangkahkan kakiku menuju pintu. Namun, langkahku terhenti ketika tiba-tiba..
“kamu menangis?“ sebuah suara yang terdengar asing tiba-tiba hadir memecah kesunyian yang ada. Aku menoleh ke arah sumber suara itu. Kulihat lelaki yang ada di ranjang itu masih diam di tempatnya, masih duduk dengan santai di ranjangnya. Tak ada perubahan apapun, dan dia masih diam tanpa menatapku. Apa aku salah dengar? Suara itu... tapi bukankah dia masih diam. Sepertinya aku memang salah. Aku menggeleng kecil kemudian kembali berniat melangkahkan kakiku.
“kenapa menangis semalaman?“ lagi-lagi suara itu. Cepat-cepat aku menoleh padanya. Kali ini, mata bening itu sedang menatapku, dalam dan sejuk. Seakan-akan mata itu bicara bahwa sang pemilik mata ingin aku percaya padanya, seakan-akan dia menawarkan sebuah ketentraman, seakan-akan dia ingin mengatakan kalau dia ingin aku membagi ceritaku padanya. Aku terdiam. Mungkinkah aku sedang bermimpi ?. Seseorang yang selama ini aku kenal hanya dalam diam dan hanya bisa memberikanku senyum tipis, dia.. dia sekarang sedang bertanya padaku ‘kenapa aku menangis ?’. Aku sungguh tak akan pernah percaya hal itu terjadi bila tidak kulihat sendiri mata itu masih menatapku lekat, masih diam, menunggu jawaban yang keluar dari bibirku.

***** bersambung *****

Maaf kalau masih dikit. Sedang sibuk, padahal sudah ngetik di laptop nih,.. nangung. Tapi yah biarlah, dari pada saya banyakin tapi feelnya gak dapet.
Thanks sudah mau baca cerita iseng yang sekarang jadi proyek serius ini. ^^
Kalau ada waktu, masukan dan kritikannya di tunggu. Sankyu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar