Pages

Rabu, 19 Mei 2010

From Sivia's Notes 1-4

ini ada cerbung saya yang saya tulis lewat hape di notes facebook.... yah idenya ngalir gitu aja pada waktu bengong, dan herannya banyak yang bilang bagus... so enjoy yah !!

>>>>>>>>>><<<<<<<<<<<<<

from sivia's notes... 1

aku menatap sebuah buku diary kecil yang sekarang ada dipangkuanku, perlahan ku buka cover berwarna coklatnya. halaman pertama, 'sebuah pertemuan'. yah itulah judul yang tertera dihalaman pertama diary itu.. mataku kemudian menelusuri kata demi kata yang tertulis dihalaman itu.

***
hari ini, entah kenapa aku memutuskan menulis diary ini dihari ini. sudah lama sebenarnya aku memiliki diary ini, tapi entah kenapa aku tak pernah mau menulisnya. bagiku diary ini terlalu berharga jika hanya ditulis dengan cerita yang biasa, diary ini harus diisi oleh cerita yang tak biasa.. dan hari ini aku memulainya.
matahari bersinar cerah ketika aku mengayunkan langkah kakiku pagi tadi, sinarnya hangat sehangat senyum yang hendak ku bagi hari ini..
ini adalah hari pertamaku bertugas sebagai seorang perawat, yah akhirnya aku menjadi perawat, persis seperti ibuku yang sekarang sedang tersenyum bangga kepadaku dari tempatnya yang indah.
'pagi suster via..' sapa ify, teman ku dari SMA dan juga di akademi keperawatan. sekarang kami juga bekerja ditempat yang sama.. sebuah rumah sakit daerah. aku tersenyum manis ke arahnya.
'pagi suster ify..'
kami berdua lalu tertawa bersama, geli sendiri rasanya saling memanggil dengan sebutan suster.
....

siang hari, aku mulai bertugas mengecek keadaan para pasien. aku masuk ke sebuah kamar, tersenyum kearah seorang pasien yang sedang ditemani keluarganya.
'siang mas, cek dulu' kataku sambil mulai menyiapkan catatan dan mulai memeriksa pasien itu. tak banyak yg ku periksa hanya infus, tekanan darah dan juga suhu tubuhnya. aku juga menanyakan keadaanya.. yah hanya hal-hal biasa yang dilakukan sesuai prosedur keperawatan.
tapi ada yang aneh dengan pasien yang satu ini, dia hanya diam.. seorang ibu yang mendampinginyalah yang lebih banyak bicara padaku.
entah kenapa mataku masih menatapnya, dia.. dia terlihat asing, terlihat kosong. aku diam dan mulai melanjutkan mencatat lagi. setelah selesai mencatat, aku pamit kepada pasien itu dan ibunya.
'keadaanya stabil, cepat sembuh ya mas. permisi bu'.. ibunya tersenyum dan berterimakasih kepadaku, tapi dia.. dia tetap diam.
aku keluar dari kamar itu, ku helakan napasku.. aku masih mengingat ekspresi datar pasien tadi. kulirik berkas catatanku tadi..
kamar melati nomor 1, Gabriel, 23 tahun..

***

aku menutup mataku, mulai menutup halaman pertama diary itu dan beralih pada halaman keduanya. aku kembali melihat barisan kata yang dulu aku tuliskan disela-sela waktu istirahatku.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

from sivia's notes.... 2

aku menatap halaman kedua diary itu dan mulai membaca barisan kata yang terukir disana.ini masih tentang pertemuan itu.
***
aku sedang makan siang dikantin bersama dengan ify ketika mataku tak sengaja menatap ke arah kamar melati,kamar itu memang terletak tak jauh dari kantin.ibu pasien yang ku periksa tadi baru saja keluar dari kamar itu.kulihat wajah ibu yang ramah itu terlihat sendu,aku bahkan sempat melihat tangan kanannya menyeka air matanya ketika dia menutup pintu kamar.dia menangis..
'vi, kamu ngeliatin apa?' tanya ify membuyarkan lamunanku. sempat kulihat kembali kamar melati,sepi.. ibu itu sudah pergi.
'oh, enggak kok..' aku berusaha bersikap biasa. ify tersenyum kearahku,untunglah dia percaya dan tak mengusikku.
waktu istirahatku selesai.aku kembali menjalankan tugasku,kembali mengecek keadaan pasien,dan kebetulan dari jadwal yg kuterima,aku sekarang bertugas mengantarkan mas gabriel keruang cuci darah. setelah aku mengecek semua file pasien yang bernama gabriel itu, akhirnya aku tahu kalau dia menderita gagal ginjal, kondisinya sempat drop beberapa hari yang lalu.pantas saja dia terlihat lemah dan pucat.
aku mendorong kursi roda,mas gabriel duduk dengan tenang.aku memanggilnya mas karna umurnya memang lebih tua dariku,lagi pula ku rasa panggilan itulah yang paling pantas dan sopan.
sepanjang perjalanan menuju ruang cuci darah,mas gabriel hanya diam,matanya menatap kosong lurus ke depan.. beberapa kali aku mencoba mengajaknya bicara tapi dia tetap diam. akhirnya aku pun memilih diam walau aku tak ingin,tapi aku memang tak berhak memaksanya bicara.
sampai diruang cuci darah,aku membantunya naik ke ranjang, seorang perawat lain mulai memasangkan selang yang terhubung dengan sebuah mesin besar disamping ranjang itu,tak berapa lama kemudian kulihat darah mulai mengalir di selang-selang itu,sempat kulihat wajah mas gabriel sempat menahan sakit pada awalnya namun kemudian terlihat biasa saja..dia tetap diam.
ibu mas gabriel belum juga datang,aku berinisiatif menjaganya..lagi pula shiftku sudah selesai. tak tega rasanya kalau aku harus meninggalkan mas gabriel sendiri dengan selang-selang yang masih mengalirkan darah keluar dan masuk ke dalam tubuhnya..
mas gabriel masih diam, sesekali kudapati dia memejamkan matanya. proses cuci darah memang tidak sebentar butuh waktu beberapa jam. aku mengeluarkan mp4 playerku. ku tawarkan padanya, dia hanya diam.
dengan hati-hati ku pasangkan headset ke telinganya. dia tersenyum tipis..

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

from sivia's notes... 3

aku tersenyum tipis membaca catatanku,setipis senyum mas gabriel waktu itu..entah kenapa aku masih mengingatnya,aku bahkan tak dapat melupakan tiap lekuk wajah dan ekspresinya. 'symphoni yang indah',halaman berikutnya mengukir judul lagu itu dibarisan paling atas,aku kembali menyusuri lorong waktu ketika kubaca kata perkata yang tertulis dihalaman itu.
***
sudah seminggu aku bertugas sebagai perawat,aku senang.. ini impianku sejak dulu,menjadi seperti ibuku. bidadari yang berusaha membagi senyuman diwajah-wajah lemah itu...
aku kembali melangkahkan kaki dengan santai ke kamar melati,mas gabriel belum pulih benar..dia masih harus dirawat,jadwal cuci darahnya juga masih rutin.
perlahan ku buka pintu kamar itu,ku berikan senyum ku pada mas gabriel yang diam diranjangnya.
'pagi mas, cek dulu yah'
dia masih diam, tapi senyum tipisnya mulai bisa menyapaku.. sepertinya dia sudah mulai terbiasa denganku.
aku membalas senyum tipisnya itu,mulai memeriksa infus, tekanan darah dan suhu tubuhnya.. membubuhkan beberapa catatan,dia semakin membaik.
mataku kemudian tak sengaja melihat kearah mas gabriel,kulihat matanya sayu menatap kearah sofa,kuikuti arah pandangannya..
aku mengerti,disofa kamar itu seorang ibu tertidur,dia terlihat benar-benar lelah. aku mendekati sofa itu,membenarkan letak selimut yang sudah tak karuan itu,ingin sekali aku membangunkanya dan menyuruhnya istirahat dirumah,tapi wajah tulus ibu itu membuat aku tak sanggup berbuat lebih.
aku pamit keluar dari kamar itu, kulihat mas gabriel masih menatap ibunya, dia kasihan melihat ibunya..
tiba-tiba dadaku sesak,segera ku tutup pintu kamar itu.
aku kangen ibuku..
...
setelah tugasku memeriksa pasien selesai,aku buru-buru menuju kantin,memesan dua mangkuk bubur ayam dan air mineral,kulihat dari kaca dikamar melati masih ada bayangan ibu mas gabriel. seusai membayar pesananku,aku langsung membawa nampan itu ke kamar melati.. ibu mas gabriel pasti belum makan.
aku mengetuk pintu kamar itu dan coba membukanya dengan tangan kiriku,agak susah dengan nampan ditangan kananku,ibu mas gabriel akhirnya membukakan pintu untukku. wajahnya sedikit terkejut ketika melihatku datang dengan nampan,aku tersenyum ke arahnya.
'bu, belum makan kan..?' ibu mas gabriel hanya mengangguk kecil. ku taruh dua mangkuk bubur ayam itu di meja kecil didepan sofa, kamar ini kamar vip jadi punya sofa dan meja.
kulirik mas gabriel, dia tersenyum tulus kearahku seakan ingin berterima kasih. aku membalas senyumnya..

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

from sivia's notes... 4

ibu mas gabriel makan bersamaku dengan lahap,mas gabriel hanya menatap kami.pagi tadi dia sudah memakan sarapannya,menu khusus rumah sakit.
aku tersenyum dan pamit keluar setelah kami selesai makan.
'terima kasih suster,suster baik sekali.'kata ibu mas gabriel sambil menatap ku tulus.
'pangil via saja bu, saya cuma melakukan apa yang seharusnya saya lakukan.'
aku keluar dari kamar itu sambil membawa nampan yang berisi dua buah mangkuk yang sudah kosong.
di kantin ku lihat ify sedang makan sendirian, aku lupa.. tadinya aku janji akan sarapan bareng.
ify nampak sedikit cemberut menatap aku yang berjalan ke arah kantin. sepertinya kali ini aku harus merayunya.
'pagi suster ify yang cantik..'
'pagi'
aku tersenyum kecil, sahabatku ini sedang ngambek. aku duduk disampingnya, menatapi setiap gerakanya.. ify batal menyuap sesendok nasi goreng yang tadinya hendak dia makan dan kemudian menatapku.
'ah via, jangan diliatin gitu..' aku tertawa geli. dia memang gak bisa makan kalau diliatin.
'makanya jangan ngambeg yah, ntar cantiknya hilang..' dia hanya mencibir kearahku dan mulai melanjutkan makannya.
'hm, dari kamar melati lagi?' aku mengangguk.
'gimana keadaan mas gabriel mu itu?' goda ify. aku memang sering cerita tentang mas gabriel padanya, tapi hanya sebagai pasien yang paling menarik perhatianku.
'hus, ngomong sembarangan.. dia bukan punya aku, punya ibunya tuh'
ify tertawa kecil, dia berhasil menggodaku..
'yah gimana keadaanya?'
'hm.. semakin membaik walau dia masih diam. hanya sekarang dia sudah mulai tersenyum meski sangat tipis..'
'semenjak lagu itu yah?'
aku mengangguk.. yah setiap aku menemaninya cuci darah aku selalu memasangkan headset ke telinganya, entah kenapa.. tapi aku ingin, melihatnya tanpa ekspresi hanya membuat aku pilu. dia juga tak pernah menolak, tetap diam.
hanya senyum tipisnyalah yang bicara kalau dia menyukai lagu itu.
sempat kulihat mp4 playerku ketika senyumnya kembali mengembang..
dia sedang mendengarkan 'symphony yang indah'.. dan itu juga lagu favoritku.
semenjak itu kulihat dia lebih sering tersenyum walau tipis.
....
aku baru keluar dari ruang ganti, shift ku selesai sore ini. aku masih mengenakan baju putih perawat, hanya ada tambahan jaket pink yang aku pakai untuk sekedar tambahan.
aku melewati taman rumah sakit, kulihat ibu mas gabriel sedang duduk sendirian disana..
entah apa yang mendorongku, ku arahkan kakiku menuju taman.
aku duduk disampingnya, kulihat dia menyeka air matanya kemudian menapku..

2 komentar: