Hm, buku ini cukup tipis sebenarnya dan juga banyak gambar yang menghiasi halaman-halamannya, namun entah kenapa saya malah gak bisa melahap habis buku itu dalam waktu singkat. Bukan karena isinya tidak bagus, tapi mungkin ini masalah personal saya saja.
Gagasan yang diangkat oleh buku ini cukup menarik sebetulnya, seperti kata pak Hidayat Nur Wahid di testimonialnya tentang buku ini. Buku ini mengangkat sebuah ide (gagasan) tentang mengukur diri keadaa suatu bangsa lewat parameter seberapa berbaktinya anak-anak terhadap orang tua.
Jujur mungkin ketika awal membaca saya tidak begitu tertarik, tetepi ketika saya mulai membaca saya merasa mungkin memang ada benarnya juga gagasan ini. lihat saja bagaimana sikap anak-anak jaman sekarang terhadap orang tuanya, lalu lihat pula bagaimana jadinya mereka dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. sungguh ini suatu ide yang tidak kosong.
Ketika bab-bab awal, saya lagi-lagi merasa sedikit bosan dengan penjelasan yang ada di buku ini. Mungkin karena saya merasa sebagai anak baik, sehingga masalah-masalah yang diangkat menjadi tidak begitu menarik bagi saya yang merasa saya sendiri merasa sudah melakukan hal terbaik sebagai anak... dan sialnya saya berhenti membaca buku ini di sini.
Tapi, coba lihat apa yang terjad pada saya akhir-akhir ini..
"Kok sekarang lebih sabar? lebih lembut dan lebih rajin?" begitu kira-kira tanggapan orang tua saya terhadap sikap saya akhir-akhir ini. Saya sedikit kaget juga pada awalnya, namun ketika saya melihat kembali apa yang terjadi sebenarnya... saya bisa tersenyum simpul.
Ternyata kata-kata sederhana yang menurut saya membosankan di bagian-bagian awal buku ini justru masuk ke alam bawah sadar saya. Ketika membaca nasihat-nasihat dan gagasan yang ada di buku ini saya selalu berkata "ah saya sudah tahu, ah.. saya sudah biasa melakukannya", mungkin kata-kata saya yang cenderung meremehkan nasihat ini justru membangkitkan semua memori yang pernah saya dapatkan itu untuk mensugesti saya untuk berbuat seperti yang saya tahu.
Kadang ketika saya ingin mengabaikan perintah orang tua saya, kata-kata mas Aryo tentang "ahli alasan atau respon kilat" diiringi dengan semua memori tentang ajaran berbakti kepada orang tua saya langsung menyerbu dan tidak mengizinkan saya untuk mengabaikan panggilan itu.
Jadi, saya mau ngacungin jempol buat Mas Aryo atas karyanya yang belum selesai saya baca namun ternyata sangat membekas pada saya.. :)
Selanjutnya, yah... walau malas, mungkin sebaiknya saya meneruskan membaca buku ini. siapa tahu lebih banyak kejutan yang bisa saya dapat yang mungkin akan menjadikan saya sebagai "anak emas".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar